Jumat, 15 Juni 2012

ISTILAH DALAM JURNALISTIK ON LINE


10    Istilah-Istilah Dalam Jurnalistik
Sedikit berbagi ilmu tentang istilah-istilah jurnalistik. Istilah-istilah ini saya ambil dari berbagai sumber. Semoga dapat sedikit membantu rekan-rekan semua.
    Adversary Journalism: Jurnalistik yang membawa misi penentangan atau permusuhan, yakni beritanya sering menentang kebijakan pemerintah atau penguasa (oposisi).
    Alcohol Journalism: Jurnalistik liberal yang tidak menghargai urusan pribadi seseorang atau lembaga.
    Balance: Berita yang berimbang antara nara sumber dengan pencari berita (harus dicari berita benar atau tidak, dikonfirmasikan)
    Byline: Keterangan sang penulis berita.
    Bejana Seimbang: Teknik penulisan feature.
    Caption: Keterangan photo.
    Checkbook Journalism: Jurnalistik yang untuk memperoleh bahan berita harus memberi uang pada sumber berita.
    Chek & Recheck: Merupakan proses sebelum balance (mengecek kebenaran suatu berita)
    Citizen Journalism: Jurnalisme warga.
    Credit Line: Keterangan yang mengambil photo.
    Crusade Journalism: Jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, misalnya demokrasi, sosialis, nilai-nilai Islam atau nilai-nilai kebenaran.
    Development Journalism/Jurnalistik pembangunan/pers pembangunan: Jurnalistik yang mengutamakan peranan pers dalam rangka pembangunan nasional negara dan bangsanya.
    Delik Pers: Delik yang terdapat dalam KUH Pidana, tetapi tidak merupakan delik yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari delik khusus yang berlaku umum.
    Dead-Line: Waktu akhir pengumpulan berita.
    Editing: Untuk menambah/mengurangi kata atau pembenaran kata, merupakan proses koreksi.
    Editorial: Sebuah kolom yang mencerminkan pendapat sebuah media tentang sebuah berita.
    Electronic Journalism: Pengetahuan tentang berita-berita yang disiarkan melalui media massa modern seperti film, televisi, radio kaset, dan sebagainya.
    Feature: Berita ringan yang biasanya bertemakan human interest.
    Freelance: Wartawan lepas.
    Gossip Journalism/Jurnalistik kasak-kusuk: Jurnalistik yang lebih menekankan pada berita kasak-kusuk dan isu yang kebenarannya masih diragukan.
    Government-say-so-journalism: Jurnalistik yang memberitakan atau meliput apa saja yang disiarkan pemerintah layaknya koran pemerintah.
    Gutter Journalism/Jurnalistik Got: Teknik jurnalistik yang lebih menonjolkan pemberitaan tentang seks dan kejahatan.
    Hak Jawab: Hak seseorang atau kelompok orang untuk memberikan tanggapan dan sanggahan terhadap pemberitaan yang merugikan nama baiknya.
    Hak Koreksi: Hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
    Hak Tolak: Hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainya dari sumber berita yang harus dirahasiakan.
    Hard News: Berita langsung.
    Headline: Judul berita jurnalistik.
    Hunting: Keseluruhan proses pencarian berita/berburu berita atau photo.
    Investigasi: Berita mendalam yang mengungkap sebuah kasus besar.
    Jazz Journalism: Jurnalistik yang mengacu pada pemberitahuan hal-hal yang sensaional, menggemparkan atau menggegerkan, seperti meramu gosip atau rumor.
    Jurnalisme: Dunia kewartawanan.
    Jurnalistik: Proses pencarian berita, mengolah berita, dan menyampaikan berita.
    Jurnalis/Wartawan: Orang yang melakukan kegiatan jurnalistik.
    Junket Journalism/Jurnalistik foya-foya: Praktek jurnalistik yang tercela, yakni wartawan yang mengadakan perjalanan jurnalistik atas biaya dan perjalanan yang berlebihan diongkosi si pengundang.
    Kantor Berita: Perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.
    Kewajiban Koreksi: Keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.
    Koresponden: Wartawan yang ditempatkan diluar daerah.
    Kode Etik Jurnalistik: Himpunan etika profesi kewartawanan.
    Lay Out: Lebih mengarah ke grafis/gambar/ilustrasi/non kata atau perwajahan/tata letak, termasuk setting.
    Lead: Paragraf pertama dalam berita jurnalistik.
    Nara Sumber: Orang yang memberikan informasi.
    Organisasi Pers: Organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.
    Pagar Api: Garis pemisah antara sebuah berita dengan iklan dalam sebuah media cetak.
    Perusahaan Pers: Badan hukum yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.
    Piramida Terbalik: Teknik penulisan berita langsung (hard news).
    Quate: Petikan-petikan terpenting/menonjol/membuat heboh/paling menarik pembaca yang biasanya diambil dari keseluruhan berita. Maksudnya untuk memberikan poin yang menarik bagi pembaca.
    Redaksi: Orang yang mengatur segala kebijakan di dalam sebuah media massa.
    Re-Wraiting: Merupakan proses penulisan ulang, baik dalam bahasa Inggris/dll.
    Rubrik: Sebuah keterangan halaman dalam media cetak.
    Setting: Tata letak kata/permainan hurup (besar/kecil dan bentuk tulisan)
   



JURNALISTIK ONLINE

9. Jurnalistik Online
Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet. Internet mempermudah pekerjaan jurnalistik, sebab jurnalistik dapat dapat dilakukan melalui PC atau komputer. Dengan menggunakan internet sebagai alat reportase atau sumber informasi bagian media-media tradisional atau koran.
A.    Ciri-ciri Jurnalisme Online
1.    Sifatnya yang real time. Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
2.    Dari sisi penerbit, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran: kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka penerbit mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang memungkinkan para pengguna/pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
3.    Menyertakan unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
4.    bersifat interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini berarti, pengguna/pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang lebih luas -bahkan sama sekali berbeda.
5.    Tidak membutuhkan organisasi resmi berikut legal formalnya sebagai lembaga pers. Bahkan dalam konteks tertentu organisasi tersebut dapat dihilangkan
6.    Tidak membutuhkan penyuting/redaktur seperti yang dimiliki surat kabar konvensional sehingga tidak ada orang yang mampu membantu masyarakat dalam menentukan informasi mana yang masuk akal atau tidak.
7.    Tidak ada biaya berlangganan kecuali langganan dalam mengakses internet sehingga komunikan atau audience memiliki kebebasan dalam memilih informasi yang diinginkan
8.    Relatif lebih terdokumentasi karena tersimpan dalam jaringan digital

Kuntungan Journalisme Online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Publishers, 2005).
1.     Audience Control. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya.
2.    Nonlienarity. Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami.
3.    Storage and retrieval. Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience.
4.    Unlimited Space. Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan / ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
5.    Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience.
6.    Multimedia Capability. Jurnalisme online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience.
7.    Interactivity. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.
Jurnalistik/Media on-line merupakan media yang bisa ditemui melalui internet. Sebagai media massa, jurnalistik on line atau bisa melingkupi  media on-line, cyber journalism, citizen journalism, tetap menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dan system kerja yang ada. Perbedaan yang paling mencolok adalah medium dan mekanisme efesiensi pencarian, pengolahan dan penyebarluasan beritanya.
Pengertian Jurnalistik On-line dan Perkembangannya
•    Pada 17 Mei 1991, Institut penelitian Jenewa memperkenalkan www standar pada Mei 1992 melalui Chichago On-line, korn pertama di Amerika On-line diluncurkan Chichago Tribune di as. Sampai April 2001 database telah berisi 12.878 berita on line. Dalam media web dapat ditemukan hubungan-hubungan, city guides, majalah, surat khabar, service baru, radio-televisi dll.
•    Awal tahun 2001 pada akhir decade pertama jurnalistik on line, tidak hanya ribuan media berita telah mulai on line bahkan jutaan pengguna baik individu atau kelompok telah menggunakan internet sebagai sumber berita.
Jurnalistik on line sebagai news media disebutkan oleh Denis McQuail (2000) lebih interaktif dan memberikan otonomi kepada user untuk menjadi audience aktif, bahkan pada keadaan tertentu, audience memiliki posisi sejajar dengan jurnalis.
Banyak media massa cetak dan elektronik yang memiliki situs di internet, tentunya control social dilakukan. Keuntungan dengan adanya penggabungan media massa dan media online adalah keaktualitasan dalam media masssa elektronik digabungkan dengan sifat yang dapat disimpan dan dibaca berulang-ulang seperti media cetak.
Pengertian Internet :
Dalam situs www.unpar.ac.id, dituliskan pengertian internet sebagai berikut :
1.    Internet sebagai jaringan yang terhubung dalam internet protocol (IP ) secara luas mencapai seluruh dunia.
2.    Interet ( inter-network) sebagai sejumlah jaringan fisik yang saling berhubungan dengan protocol yang sama ( apa saja ) untuk membentuk jaringan logic, selanjutnya disebut sebagai inter-network.
3.    Inernet sebagai komunitas jaringan computer yang memberikan pelayanan http ) worl wedi web ). Dibedakan dengan internet senagai pelayanan http untuk kalangan terbatas. Pada mulanya pembatasan pada jarinngan fisik yaitu LAN kemudian berkembang.
4.    Internet sebagai jaringan TCP/IP untuk kalangan terbatas. Masyarakat umum mengartikan sebagai jaringan lokal ( LAN ) dengan pengalaman private IP.
Citizen Journalism yang artinya adalah ” keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu, seseorang tanpa memandang latarbelakang pendidikan, kehalian dapat merencanakan, mencari, menggali, mengolah informasi baik berupa tulisan, gambar, suara dan tuturan kepada orang lain, jadi setiap orang bisa menjadi wartawan.”
Citizen journalism akan mendorong transparansi yang semakin terbuka dalam pelaporan berita. Hal ini membuat wartawan tradisional mulai membuka blog untuk mencari feedback audience seperti SCTV.
Jurnalistik on line memiliki karakteristik berbeda dengan jurnalistik tradisional :
1.    Menimbulkan   posisi   audience   dimana  audience memiliki kesempatan untuk  berperan aktif dalam proses produksi berita.
2.    Memiliki karakteristik immediacy yang memungkinkan up-dating informasi melebihi kecepetan media tradisional. Internet bisa mengalahkan media cetak yang harus mencetak keesokan harinya dan media elektronik harus menyiapkan persiapan produksi.
3.    Memiliki kelebihan berupa multimedia capability yang memungkinkan pesan bisa disampaikan dalam berbagai versi dari teks, video dan audio
B.    Keuntungan dan Kekurangan Internet
Keuntungan Jurnalisnie Online,
1.    Audience Control.Jurnalisme online memungkinkan audience  untuk  bisa  lebih  leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya, karena informasi  dan sumbernya  sangat luas dalam waktu pendek.
2.    Non lienarity. Jurnalsme  online  memungkinkan  setiap  berita  yang   disampaikan  dapat berdiri    sendiri sehingga   audience  tidak   harus   membaca   secara   berurutan   untuk memahami.
3.    Storage and retrieval. Online jurnalisme  memungkinkan  berita  tersimpan  dan  diakses kembali dengan mudah oleh audience.
4.    Unlimited Space. Jurnalisme  online  memungkinkan  jumlah  berita yang disampaikan / ditayangkan    kepada    audience  dapat  menjadi  jauh  lebih Iengkap  ketimbang  media lainnva.
5.    Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat  disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience.
6.    Multimedia   Capabllity. Jurnalisme   online   memungkinkan bagi   tim    redaksi    untuk menyertakan teks, suara, ganibar,video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience.
7.    Interactivity. Jurnalisme online memungkinkan  adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.
Kekurangan Internet
1.    Jurnalisme  online  merupakan “mainan” masyarakat supra  rasional. Masyarakat   yang tidak tergolong supra rasional tidak akan betah dengan mengakses jurnalisme online. Karena  mereka  tidak mengakses   jurnalisme online  maka  mereka   akan dilanda oleh kecemasan informasi (information anxiety).
2.    Masih sedikitnya  jumlah  mayarakat  yang mengakses jurnalisme online,   karena harus berada di depan computer untuk membaca segala informasi melalui web site dll.
3.    Tidak memiliki kredibitas.Ini karena logis sebab. orang yang tidak  memiliki ketampilan yang memadai pun bisa bercerita lewat jurnalisme online.

FUNGSI MEDIA MASSA

8. Fungsi Media Massa
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009).
Menurut DeWitt C. Reddick, (1976) fungsi utama media massa adalah untuk mengkomunikasikan kesemua manusia lainnya mengenai perilaku, perasaan, dan pemikiran mereka; Dan dalam mewujudkan hal itu, pers tidak akan lepas dengan responsibilitas dari kebenaran informasi (Responsibility), kebebasan insan pers dalam penyajian berita (Freedom of the pers), kebebasan pers dari tekanan-tekanan pihak lainnya (Idependence), kelayakan berita terkait dengan kebenaran dan keakuratannya (Sincerity, Truthfulness, Accuracy), aturan main yang disepakati bersama (Fair Play), dan penuh pertimbangan (Decency). Jadi intinya kebebasan pers sekarang ini dapat dilaksanakan dengan baik, jika kebebasan pers itu diimbangi dengan tanggung jawab dan kode etik sebagai landasan profesi, untuk menghindari ada pemberitaan yang menjurus anarkis.
Dampak media massa dalam sebuah masyarakat membuat persepsi baru bahwa media massa, masyarakat, budaya massa dan budaya tinggi secara simultan saling berhubungan satu sama lain. Corak hubungan faktor-faktor di atas bersifat “interplay”. Tentu saja perubahan makna sosial tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan sosial baru dalam era modernisasi. Dalam proses ini ada beberapa pertimbangan yang perlu dilihat, yaitu:
Pertama, perkembangan media sampai pada satuan kecil masyarakat membuat kita harus membuat sikap baru dan lebih kompleks terhadap terminologi-terminologi sosial tradisional yang diyakini oleh masyarakat.
Kedua, perkembangan media massa baru seperti televisi sempat mengubah persepsi sosial masyarakat karena pengaruhnya yang sedemikian dahsyat. Bahkan dapat dikatakan bahwa televisi mampu menjadi sentra kehidupan sosial meski tidak menutup kemungkinan bahwa media cetak juga tetap mempunyai kekuatan yang cukup signifikan dalam masyarakat.
Ketiga, proses transisi sosial baru yang dialami oleh masyarakat menuntut kita untuk memperbaharui konsep sosial yang sudah ada.
Keempat, Pemahaman tentang ini juga akan mempengaruhi keseluruhan sikap yang diambil dalam proses perkembangan budaya masyarakat itu sendiri. Media massa sendiri dalam masyarakat mempunyai beberapa fungsi atau peran sosial, yaitu fungsi pengawasan sosial, fungsi interpretasi, fungsi transmisi nilai dan fungsi hiburan.
Fungsi pengawasan media adalah fungsi yang khusus menyediakan informasi dan peringatan kepada masyarakat tentang apa saja di lingkungan mereka. Media massa meng-up date pengetahuan dan pemahaman manusia tentang lingkungan sekitarnya.
Fungsi interpretasi adalah fungsi media yang menjadi sarana memproses, menginterpretasikan dan mengkorelasikan seluruh pengetahuan atau hal yang diketahui oleh manusia.
Fungsi transmisi nilai adalah fungsi media untuk menyebarkan nilai, ide dari generasi satu ke generasi yang lain.
Fungsi hiburan adalah fungsi media untuk menghibur manusia. Manusia cenderung untuk melihat dan memahami peristiwa atau pengalaman manusia sebagai sebuah hiburan.Dalam perkembangan selanjutnya, media massa mempunyai fungsi-fungsi baru, yaitu membentuk komunitas dan komunikasi virtual, seperti halnya kelompok internet di dunia maya. Internet dapat dipahami sebagai alat atau media umum yang bisa secara komplet memenuhi fungsi media massa “tua”. Internet bisa menyempurnakan transaksi komersial, menyediakan dukungan sosial dan mengirim jasa pemerintahan.

MACAM-MACAM MEDIA MASSA

   
7. Macam-Macam Media Massa, Memilih Media Massa Dalam Media Jurnalistik
1 Bentuk-bentuk Tulisan di Media Massa
Apakah yang disebut sebagai Artikel? Masyarakat luas, mengangap semua tulisan di media cetak (koran, majalah, tabloid, bulletin, jurnal dan news letter) sebagai artikel. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artikel disebut sebagai: karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai di majalah, surat kabar dsb. Dalam ilmu jusnalistik, artikel adalah salah satu bentuk tulisan non fiksi berisi fakta dan data yang disertai sedikit analisis dan opini dari penulisnya.
Apakah yang disebut sebagai features? Feature sering diartikan sebagai tulisan khas di media massa. Dalam KBBI, entri feature tidak ada. Dalam kamus-kamus bahasa Inggris, feature diartikan sebagai: a distinctive or regular article in a newspaper or magazine. Dalam ilmu jurnalistik, features merupakan salah satu bentuk tulisan non fiksi, dengan karakter human interest yang kuat.
Apakah yang disebut esai? Menurut KBBI, esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Menurut kamus Webster’s (essay) adalah: a short literary composition of an analytical, interpretive, or reflective kind, dealing with its subject in a nontechnical, limited, often unsystematic way and, usually, expressive of the author’s outlook and personality. Menurut ilmu jurnalistik, esai adalah tulisan berupa pendapat seseorang tentang suatu permasalahan ditinjau secara subyektif dari berbagai aspek/bidang kehidupan.
Apakah bentuk-bentuk tulisan lain di media massa?
Yang paling banyak dijumpai di koran dan majalah adalah berita (news). Dalam dunia jurnalistik, news dikelompok-kelompokkan lagi menjadi spot news, stright news, interpreted news, interpretative news, news story dll. Selain itu masih ada bentuk-bentuk tulisan lain seperti reportase, information story, info grafis, resensi buku/film, tajuk, resep masakan, daftar harga dll.
Apakah yang disebut sebagai News (berita)? News atau berita adalah bentuk tulisan non fiksi berdasarkan sebuah peristiwa faktual, yang lazim disebut sebagai stright news (berita lempang atau berita langsung). Selain itu masih ada spot news (berita singkat); interpeted news (berita pendapat); interpretative news (berita dengan interpretasi); investigative news (berita penyidikan) dll.
Bentuk tulisan manakah yang paling mungkin untuk ditulis oleh pihak luar (bukan wartawan atau redaksi penerbitan tersebut)? Yang selalu diisi oleh pihak luar adalah artikel, opini dan esai. Yang kadang-kadang juga masih bisa diisi oleh pihak luar adalah feature dan reportase. Namun bentuk tulisan Opini dan Esai lebih sulit dipelajari dibanding dengan artikel. Sementara feature juga lebih mudah dikerjakan oleh bukan wartawan dibanding dengan reportase. Karenanya, bentuk tulisan artikel dan feature paling mudah dan bermanfaat untuk dipelajari oleh kalangan bukan wartawan profesional.
2 Tentang Artikel
Apakah yang disebut sebagai artikel dalam dunia jurnalistik?
Dalam dunia jurnalistik, artikel adalah salah satu bentuk tulisan non fiksi (berdasarkan data dan fakta) dan diberi sedikit analisis serta pendapat oleh penulisnya. Biasanya, artikel hanya menyangkut satu pokok permasalahan, dengan sudut pandang hanya dari satu disiplin ilmu. Teknik yang digunakan umumnya deduktif – induktif atau sebaliknya.
Apakah beda artikel dengan interpretative news? Interpretative news juga merupakan salah satu bentuk tulisan non fiksi yang juga diberi opini oleh penulisnya. Namun kalau sebuah artikel sudah bisa ditulis hanya dengan bahan data dan fakta, maka interpretative news harus berdasarkan peristiwa faktual. Kalau artikel bisa ditulis oleh siapa saja, maka interpretative news biasanya hanya ditulis oleh intern wartawan atau redaktur dari penerbitan bersangkutan.
Apakah beda artikel dengan opini dan kolom? Dalam pengertian sehari-hari, artikel, opini, kolom bahkan juga esai dianggap sama dan bisa saling dipertukarkan tempatnya. Dalam dunia jurnalistik, opini dibedakan dengan artikel karena dalam opini, pendapat pribadi (buah pikiran) si penulis lebih diutamakan. Sementara dalam artikel, pendapat pribadi si penulis biasanya dikemukanan dalam bentuk analisis atau data dan fakta tandingan, yang berbeda dengan data dan fakta yang dijadikan bahan tulisan. Dengan adanya analisis serta data dan fakta tandingan itu, pembaca artikel diharapkan bisa mengambil kesimpulan sendiri. Kolom adalah artikel, opini, esai atau tulisan lain oleh penulis tetap, yang diberi ruang (rubrik) yang tetap pula.
Apakah beda artikel dengan esai? Dalam dunia jurnalistik, esai merupakan bentuk tulisan yang paling sulit. Meskipun dalam KBBI esai hanya disebut sebagai: karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. KBBI memang mewakili pendapat umum masyarakat yang menganggap esai sama dengan artikel, opini dan kolom. Padahal esai merupakan artikel yang dalam menganalisis, si penulis mengambil angle dari beberapa disiplin ilmu, dengan subyektifitas yang khas dari penulisnya. Hingga penulis esai yang baik, dituntut untuk memiliki minat serta pengetahuan yang luas, dengan kepribadian yang khas.
Secara konkrit, bagaimanakah biasanya sebuah artikel ditulis?
Artikel paling mudah ditulis dengan metode induksi atau deduksi. Dalam metode induksi, penulis berangkat dari sebuah contoh khusus, misalnya kasus korupsi untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum tentang gejala korupsi. Dalam metode deduksi, penulis menggunakan cara kebalikan dari induksi, yakni menggunakan sebuah gejala umum untuk membuat kesimpulan terhadap contoh khusus. Misalnya, penulis menunjukkan bagaimana amburadulnya pengaturan lalulintas di suatu tempat, lalu gejala umum tersebut digunakan untuk menyimpulkan bahwa sebuah contoh kecelakaan lalulintas merupakan akibat dari gejala umum tersebut.
3 Tentang Feature
Apakah yang disebut sebagai feature? Kalau entri artikel sudah masuk dalam KBBI, maka entri feature masih belum ada. Meskipun demikian, di depan telah disebutkan bahwa feature dalam kamus-kamus bahasa Inggris diartikan sebagai tulisan khas (dengan karakter yang kuat) yang dimuat secara reguler di surat kabar atau majalah.
Apakah yang membedakan feature dengan berita (stright news maupun interpreted news) dan artikel? Berita lebih mengutamakan fakta dan data aktual (berdasarkan sebuah peristiwa aktual) yang ditulis secara lempang tanpa opini (stright news); dengan opini dari luar si penulis (intrepreted news) maupun opini dari si penulisnya (interpretative news). Artikel ditulis berdasarkan data dan fakta (belum tentu peristiwa faktual), diberi analisis dan opini (berupa fakta dan data tandingan) dari si penulis. Feature merupakan tulisan berdasarkan data dan fakta peristiwa aktual, namun meterinya diseleksi yang lebih menekankan segi human interest.
Ada berapa jenis featurekah yang selama ini dikenal dalam dunia jurnalistik?
Ada puluhan jenis feature. Mulai dari feature tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, alam, sejarah, anthropologi, luar angkasa, hantu-hantu.
Apakah tema-tema berdasarkan bidang/sektor kehidupan bisa diangkat sebagai feature?
Bisa. Misalnya bidang sosial, politik, budaya, ekonomi dll. Sektornya mulai dari kesenian, pemerintahan, perdagangan dll. Namun dalam mengangkat bidang, sektor maupun komoditas yang lebih konkrit menjadi sebuah feature, penulis akan menekankan segi manusianya, binatangnya, tumbuh-tumbuahnya atau alamnya. Bukan menekankan segi permasalahannya. Hal yang terakhir ini lebih tepat diangkat menjadi artikel atau esai
Secara konkrit, bagaimanakah sebuah feature ditulis? Misalnya ada kecelakaan pesawat terbang. Stright newsnya adalah berita tentang kecelakaan tersebut. Kemudian ada interpreted news dari maskapai penerbangan, pabrik pesawat, aparat perhubungan, pihak keluarga korban dll. mengenai kecelakaan tersebut. Ada lagi artikel dari seorang pakar cuaca yang mengulas kecelakaan tersebut dari aspek buruknya cuaca pada saat peristiwa terjadi. Feature yang bisa ditulis antara lain: 1 Mengenai istri/anak pilot yang menjadi korban; 2 Pacar pramugari yang juga menjadi korban; Petugas SAR yang tanpa kenal lelah membantu mengumpulkan jasad para korban dll. dengan menekankan segi human interestnya.
4 Tentang Esai
Apakah yang disebut esai dalam dunia jurnalistik? Kata kunci pada bentuk tulisan esai adalah adanya faktor analisis, interpretasi, dan refleksi. Karakter esai, umumnya non teknis, non sistematis, dengan karekter dari penulis (unsur subyektifitas) yang menonjol.
Apakah beda esai dengan artikel dan opini? Beda esai dengan artikel dan opini adalah, esai lebih mengutamakan faktor analisis secara individual. Sementara artikel lebih mengutamakan analisis dengan bantuan teori atau disiplin ilmu tertentu. Pada bentuk tulisan opini, pendapat pribadi penulis (bukan analisis) lebih diutamakan.
Benarkah semua penulis artikel dan sasterawan mampu menulis esai?
Pertama-tama tidak semua wartawan dan sasterawan mampu menulis artikel dan feature. Kedua, tidak semua penulis artikel, feature dan sasterawan mampu menulis esai. Hanya sedikit wartawan dan sasterawan yang mampu menjadi penulis esai. Sebab bentuk tulisan ini termasuk yang paling sulit dikuasai. Namun penulis esai, hampir selalu bisa menulis artikel dan feature dengan cukup baik.
Mengapa esai merupakan bentuk tulisan yang paling sulit untuk dikuasai penulis?
Tingkat kesulitan esai, terutama disebabkan oleh karakternya yang non teknis dan non sistematis. Hingga kekuatan esai hanyalah tertumpu pada daya analisis, refleksi dan karakter pribadi si penulis. Karenanya, teknik menulis esai dari seseorang, akan sulit untuk dipelajari dan ditiru oleh penulis lain. Sementara teknik menulis artikel dan feature dari seorang penulis kenamaan, bisa dipelajari dan ditiru oleh penulis pemula.
Bagaimanakah persyaratan agar seseorang bisa menjadi penulis esai yang baik?
Seorang peulis esai, dituntut memiliki tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual di atas rata-rata. Seseorang yang cerdas secara intelektual, lebih cocok untuk menjadi penulis artikel. Mereka yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual dan emosional tinggi lebih pas menjadi penulis feature dan opini. Kalau kecerdasan intelektual dan emosional itu ditambah dengan kecerdasan spiritual dan pengetahuan serta wawasan luas, maka dia bisa menjadi penulis esai yang baik.
5 Struktur Berita, Artikel, Feature dan Esai
Apakah yang dimaksud sebagai struktur tulisan dalam dunia jurnalistik?
Yang dimaksud sebagai struktur tulisan dalam dunia jurnalistik adalah susunan, bangunan atau pola dari tulisan tersebut. Misalnya, pada ) terbalikumumnya struktur berita adalah piramida (  (bagian yang runcing berada di bawah).
Mengapa struktur berita berupa piramida terbalik? Piramida terbalik mengibaratkan bahwa bagian yang besar (isinya banyak, penting); berada di bagian atas. Makin ke bawah, bentuk piramida tersebut makin mengecil dan meruncing. Ibaratnya, makin ke bawah volume berita tersebut makin sedikit, sementara isinya juga menjadi kurang penting. Dalam kenyataan, isi sebuah berita sama saja. Misalnya, kalau di bagian atas dalam satu alinea terdiri dari 6 kalimat dan 30 kata, maka di bagian bawah bisa saja satu alinea malahan berisi 8 kalimat dengan 40 kata. Namun, kadar kepentingan dan kepadatannya (variasi informasi yang terkandung di dalamnya), justru lebih sedikit.
Bagaimanakah dengan struktur artikel dan feature? Artikel dan feature tidak berbentuk piramida terbalik melainkan balok  ). Bentuk demikiansama besar yang memanjang dari atas ke bawah (  dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam artikel maupun feature, bagian yang paling atas, sama pentingnya dengan yang di tengah maupun yang di bawah.
Bagaimanakah detil komponen struktur artikel dan feature tersebut?
Secara umum, semua tulisan selalu terdiri dari judul (bisa dengan atau tanpa anak judul) , nama penulis (bisa di atas bisa di bawah, bisa tidak ada), summary (ringkasan) atau etalase/intro; lead (kepala tulisan), body dan ending.
Apakah yang dimaksud dengan summary dan lead dalam artikel/feature?
Banyak penulis bahkan redaktur penerbitan yang sulit untuk membedakan antara summary atau etalase atau intro dengan lead atau kepala tulisan. Summary, etalase atau intro, hanya dimaksudkan untuk “daya tarik awal” setelah pembaca melihat judul dan juga foto (dalam feature). Fungsi ini tidak terlalu penting jika dibanding dengan lead atau kepala tulisan. Dalam News, lead memuat sekaligus semua informasi (what, who, when, where, whay dan how = 5 W 1 H) dalam satu alinea. Misalnya: Tadi malam pukul 22.30 WIB (when), telah terjadi kecelakaan lalulintas (what), di jalan tol Jagorawi (where). Kecelakaan tersebut terjadi antara (how) bus penumpang dengan truk gandengan (what). Dalam kecelakaan ini sebanyak 10 orang tewas dan belasan lainnya luka-luka (how). Diduga kecelakaan terjadi karena bus tersebut mengalami pecah ban (why), dst. Dengan hanya membaca lead sebuah berita, seorang pembaca sudah bisa tahu seluruh isi berita secara garis besar, tanpa harus melanjutkan membaca seluruh berita. Dalam artikel dan feature, fungsi lead adalah, untuk membuat pembaca tidak bisa berhenti membaca sebelum tulisan selesai. Hingga fungsi lead tersebut justru untuk memberikan daya tarik, namun harus dibatasi hingga tidak semua informasi tuntas dalam sebuah lead. Karena fungsinya yang demikian penting, lead dalam artikel dan feature sering diibaratkan seperti serve dalam badminton, voley atau tenis.
Bagaimanakah tepatnya struktur sebuah esai? Sebagai sebuah tulisan, esai juga menuntut adanya jusdul, etalase, lead, body dan ending. Namun struktur secara keseluruhan tidak seketat dan sebaku pada artikel dan feature. Justru karena tidak adanya kebakuan tersebut, maka sebuah esai dari penulis kenamaan, sulit untuk dipelajari dan dicontoh oleh penulis pemula. Karakter esai yang non teknis dan non sistematis menjadi kendala untuk membakukan struktur penulisannya.
6 Metode Induktif dan Deduktif dalam Artikel
Data dan fakta merupakan materi yang paling penting dalam sebuah artikel. Sebab tanpa data dan fakta yang kuat, maka artikel akan berubah menjadi opini. Misalnya, ketika terjadi sebuah kecelakaan lalulintas hebat yang menewaskan puluhan siswa SMU, maka seorang penulis artikel yang baik akan segera membuka file tantang kecelakaan lalulintas yang memakan korban cukup banyak, jenis kendaraannya, jumlah korbannya, lokasi dan waktu kejadiannya, penanganannya oleh pihak yang berwajib dll. Dengan data-data tersebut, si penulis artikel bisa membuat analisis sederhana dan menyimpulkan, apakah kecelakaan lalulintas di negeri kita selama sepuluh tahun terakhir ini meningkat atau menurun? Kalau meningkat mengapa? Kalau menurun mengapa? Sebab tekanan utama pada penulisan artikel adalah pada pertanyaan mengapa dan bagaimana..
Metode penulisan ilmiah dengan latar belakang, tujuan, kerangka pikir, permasalahan, pemecahan permasalahan, kesimpulan dan saran dsb, tetap bisa digunakan dalam menulis artikel. Namun dalam mengemukakan latar belakang misalnya, tetap harus digunakan data dan fakta aktual. Misalnya kalau kita menggunakan metode deduktif, kerusakan hutan dan lingkungan yang kita jadikan sebagai latar belakang, harus disertai dengan fakta dan data yang jelas, lengkap dan akurat. Analisis dan opini yang disampaikan pun, harus berupa data. Misalnya, kita bisa mengatakan bahwa perusakan hutan dan alam akan berakibat pada kerusakan seluruh ekosistem seperti telah terjadi di negara A, B dan C. Hingga kita perlu melakukan penghijauan dan reboisasi seperti telah dilakukan oleh negara D, E dan F yang dulu hutannya pernah rusak tetapi pulih kembali.
Human interest bisa diartikan sebagai rasa kemanusiaan. Hingga feature yang disebut sebagai tulisan yang menekankan segi human interest dimaksudkan sebagai tulisan yang menekankan segi yang bisa menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya.
Segi human interest dalam sebuah feature, harus benar-benar faktual (berupa fakta nyata) yang melekat pada materi (bahan) tulisan. Keterampilan penulis hanya dituntut untuk menyeleksi dan mengolah bahan-bahan tersebut, hingga ketika telah menjadi tulisan dan disampaikan ke pembaca, akan bisa menyentuh perasaan. Kalau segi human interest tersebut merupakan hasil imajinasi atau keterampilan berpikir si penulis, maka tulisan tersebut merupakan fiksi, bukan feature.
Yang bisa dikatagorikan sebagai human interest antara lain: masalah percintaan; perjalanan/perjuangan hidup manusia, hewan, tumbuhan maupun alam (gunung api, bintang); kelahiran/kematian; penderitaan (misalnya derita TKI yang disiksa majikan di LN); ketabahan/ketegaran dalam menghadapi cobaan/godaan dll.
Kekuatan karakter individu penulis, diperlukan dalam semua bentuk tulisan, mulai dari news, reportase, artikel dan feature. Namun bentuk-bentuk tulisan tersebut memiliki teknik dan sistematika yang jelas. Karenanya, penulis yang tidak terlalu kuat pun, tetap bisa menghasilkan news, reportase, artikel dan feature yang baik. Dalam esai, kekuatan individu lebih diperlukan karena tidak bakunya teknik dan sistematika.
Yang dimaksud sebagai kekuatan individu, terutama adalah faktor tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang di atas rata-rata. Namun kekhasan dari masing-masing individu akan sangat menentukan kualitas esai yang dihasilkan. Karakter khas yang kuat ini diperoleh bukan karena faktor teknik melainkan karena muncul dari dalam diri si penulis.
Kekuatan karekter individu, bukan diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dari kekayaan pengalaman hidup, bacaan yang luas dan lingkungan pergaulan yang beragam. Meskipun faktor genetik, juga ikut pula mempengaruhi kekuatan karekter individu seseorang. Namun tanpa kekayaan pengalaman, luasnya bacaan dan variasi pergaulan, karakter dasar serta pendidikan formal belum merupakan jaminan kekuatan individu seseorang.
Skil tetap diperlukan dalam penulsan esai, namun hal tersebut bukan merupakan faktor utama. Sebab apabila skil yang diutamakan, maka esai yang dihasilkan justru akan merosot kualitasnya. Sebab esai justru diharapkan tidak dihasilkan sebanyak artikel, feature dan lebih-lebih news.
Esai tidak bisa dibandingkan dengan artikel dan feature, sebab masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Artikel lebih berfungsi untuk mengajak pembaca memahami suatu pokok persoalan. Feature digunakan untuk menggugah rasa human interest pembaca. Sementara esai bermanfaat untuk melakukan refleksi dan perenungan. Meskipun fungsi tiga bentuk tulisan ini berbeda, honorarium yang akan diterima oleh penulisnya sama.

MEDIA MASSA

6. Media Massa   
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2001).
Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi.

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009).
Saat ini kita mengenal media massa cetak, media massa radio, media massa film (bioskup), media massa televisi, kantor berita, media massa luar ruang (poster, spanduk, billboard, balon) dan multi media (internet/web site).
 Media massa yang paling berpengaruh saat ini adalah televisi. Sebab daya jangkau televisi sangat luas, serentak dan cepat. Nomor dua media massa cetak. Media massa radio pernah berperan sangat besar pada waktu perang dunia I maupun II. Sebab pada saat itu media televisi belum berkembang seperti sekarang. Media kantor berita biasanya hanya berbentuk buletin atau kalau sekarang berupa web site. Fokus kantor berita internasional saat ini adalah fotografi.
Apakah yang membedakan media massa cetak dengan buku? Media massa cetak diterbitkan secara periodik, dengan nama penerbitan sama, diberi nomor serta tanggal terbit dan memuat isi yang bersifat faktual. Sementara buku tidak terbit secara periodik dan memuat isi yang tidak bersifat faktual.
Periodisasi terbitnya media massa cetak pada umumnya adalah: harian, mingguan, dua mingguan, bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, empat bulanan, tengah tahunan dan tahunan. Media massa yang terbit harian, umumnya koran. Sementara yang terbitnya dua bulanan sampai setahun sekali umumnya jurnal. Periodisasi yang paling banyak digunakan, selain harian adalah mingguan dan bulanan. Biasanya tabloid dan majalah menggunakan pola terbit mingguan dan bulanan.
Media massa cetak dibuat dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan, baik bahan tertulis, gambar dan foto. Pekerjaan ini dilakukan oleh para wartawan. Bahan itu diolah menjadi tulisan oleh redaksi, untuk selanjutnya ditata dalam halaman-halaman penerbitan, dibuat film dan plate lalu dicetak, untuk majalah harus dijilid dan kemudian diedarkan. Baik secara cuma-cuma maupun dijual.
Media massa cetak diedarkan secara cuma-cuma oleh lembaga kenegaraan/pemerintahan, keagamaan, perusahaan dll. Media massa cetak yang diedarkan secara komersial, bisa dijual di agen koran/majalah (di lapak), dijual para pengasong di jalan raya, di toko buku dan dilanggan oleh konsumen. Pelanggan bisa menerima penerbitan media massa melalui jasa pos, hantaran atau loper yang dipekerjakan oleh agen.
Media massa cetak non komersial, dibiayai oleh anggaran lembaga yang menerbitkannya, karena akan diedarkan secara cuma-cuma. Media massa cetak komersial, dibiayai dari penjualan media massa tersebut, uang langganan dan jasa penjualan halaman untuk dipasangi iklan. Ada pula pemasukan dari advertorial (iklan dalam bentuk artikel). Media massa tertentu, juga memperoleh pendapatan dari produk pendukungnya (barang promosi). Bahkan kadang-kadang produk pendukung ini justru bisa mendatangkan pemasukan lebih tinggi.
Sebelum tahun 1998, penerbitan media massa cetak memerlukan ijin khusus yang pengurusannya sangat rumit dan berbelit serta memerlukan dana besar. Hingga pada waktu itu SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Setelah tahun 1998, penerbitan media massa cetak bisa dilakukan dengan bebas oleh siapa saja.
Wartawan, jurnalis atau reporter adalah profesi untuk memperoleh informasi dengan mendatangi sumbernya. Istilah yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan ini adalah meliput. Hasil liputan para wartawan, akan ditulis dan diserahkan ke redaktur untuk diseleksi, diolah lagi dan disajikan dalam bentuk tulisan di media cetak, siaran radio atau televisi. Penulis/wartawan lepas (free lance) adalah penulis berita, reportase, artikel, feature dan bentuk tulisan lain yang tidak terikat (bekerja) di satu lembaga. Penulis/wartawan lepas bisa bekerja di rumah masing-masing dan mengirimkan hasil tulisannya ke media manapun.
Sesuai dengan medianya, ada wartawan media massa cetak (koran, tabloid, majalah); wartawan radio, wartawan televisi dan wartawan kantor berita. Kalau dilihat dari jenis pekerjaannya ada wartawan biasa yang pekerjaannya menulis berita dan ada wartawan foto yang pekerjaannya memotret. Dengan berkembangnya media televisi, kemudian dikenal pula reporter yang pekerjaannya mewawancarai sumber berita dan cameraman yang tugasnya mengambil gambar audio visual dari peristiwa atau sumber. Dilihat dari prestasinya, ada wartawan biasa dan ada pula wartawan senior. Yang disebut wartawan senior, bukan mereka yang sudah menggeluti profesi kewartawanan cukup lama atau usianya sudah tua, melainkan yang mampu mencapai prestasi kerja kewartawanan dan diakui oleh masyarakat.
Wartawan adalah pemburu informasi di lapangan, sementara redaktur adalah juru masak yang memberi order peliputan, mengumpulkan hasil liputan dan mengolahnya menjadi tulisan. Di koran-koran besar, wartawan dikelompokkan sesuai dengan rubrik yang ditangani. Misalnya wartawan ekonomi, politik, olahraga, budaya dll. Masing-masing rubrik dikepalai oleh redaktur yang disebut desk.
Pemimpin redaksi adalah pemegang kekuasaan tertinggi di bagian redaksi sebuah media massa. Pekerjaan utamanya adalah membuat kebijakan dan meneruskannya ke redaktur pelaksana untuk diaplikasikan pada kegiatan sehari-hari. Di koran besar, redaktur pelaksana memimpin desk yang masing-masing dibantu oleh wartawan rubrik. Selain itu ada wartawan non desk yang biasanya langsung berada di bawah redaktur pelaksana atau pemimpin redaksi. Redaktur pracetak adalah redaksi yang pekerjaannya menangani lay out penerbitan pers termasuk segi artistiknya. Di koran-koran pagi biasanya juga dikenal istilah redaktur malam. Yakni redaksi yang bertugas pada malam hari sebelum batas deadline koran untuk naik cetak. Sekretaris redaksi adalah kepala rumahtangga redaksi. Urusannya mulai dari administrasi naskah, uang transpor, honor, kegiatan rapat dll. Sekretaris redaksi bertanggungjawab langsung kepada pemimpin redaksi.
Wartawan dan redaksi adalah jenis pekerjaan yang berbeda. Wartawan adalah jenjang profesi. Sama dengan dosen, dokter, pengacara dll. yang jenjangnya sangat tergantung dari keahlian dan prestasinya dalam menjalankan profesi. Sementara redaktur (desk), redaktur pelaksana, pemimpin redaksi, redaktur pracetak dan sekretaris redaksi berikut para wakilnya adalah jenjang struktural. Hingga bisa saja penghasilan seorang wartawan senior dalam satu perusahaan pers, lebih tinggi dari redaktur bahkan redaktur pelaksananya. Sama halnya dengan di rumah sakit atau perguruan tinggi, yang gaji dokter spesialis atau guru besarnya lebih tinggi dari kepala bagian atau kepala jurusan.
Caranya harus dengan menulis berita, hasil reportase, artikel feature atau bentuk tulisan lain dan mengirimkannya ke media massa. Semakin sering karya seseorang dimuat media massa, maka kredibilitasnya akan semakin baik. Namun yang bisa benar-benar menjadi wartawan/penulis lepas, dalam arti hidup dari honorarium menulis, hanyalah mereka yang sudah mampu meraih status sebagai wartawan senior.

ILMU JURNALISTIK BERKEMBANG

5. Kapan Ilmu Jurnalistik Berkembang
Ilmu jurnalistik berkembang sejak abad XV, bersamaan dengan diketemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg dari Jerman. Sejak itu berkembanglah penerbitan buku. Selain buku juga terbit media berkala secara periodik dan dicetak massal untuk dijual ke masyarakat luas. Bersamaan dengan berkembangnya media massa cetak, berkembang pulalah ilmu jurnalistik.

KAPAN JURNALISTIK MULAI DITULIS

Kapan Karya Jurnalistik Mulai Ditulis
Karya jurnalistik mulai dibuat sejak jaman Mesir Kuno, yakni ketika kultur manusia mengenal peradaban menulis. Bentuk tulisan yang pertama berkembang adalah reportase (to report = melaporkan). Peninggalan karya jurnalistik tertua (1.500 SM), berupa manuskrip berhuruf hieroglyph di atas daun papyrus (paper = kertas) dan relief dinding batu di salah satu kuil di Mesir
Isi manuskrip adalah perjalanan seorang Raja Mesir (Fira’un) untuk menaklukkan kota Megido (sekarang Lebanon). Pada jaman Julius Caesar (Romawi, 100 – 44 SM), laporan pandangan mata dari medan perang ditulis dan dipasang secara periodik di papan pengumuman di kota. Menuliskan hasil perjalanan, juga dilakukan oleh para “jurnalis” Cina kuno yang berlayar bersama para pedagang dan penyebar agama Budha.

TEMPAT BELAJAR JURNALISTIK

3. Tempat Belajar Jurnalistik
Secara formal, ilmu jurnalistik bisa dipelajari di perguruan tinggi negeri maupun swasta, melalui program diploma, strata 1, 2 (magister) dan 3 (Phd. / Dr.) Umumnya jurnalistik hanya menjadi Satuan Mata Kuliah (SKS) dari jurusan publisistik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Namun ada beberapa perguruan tinggi, yang menjadikan jurnalistik sebagai salah satu jurusan di Fakultas Publisistik, bersamaan dengan Advertising dan Public Relation (PR = kehumasan).
Jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyiapkan (mengumpulkan segala informasi dari narasumber), mendapatkan informasi, menulis dan mengedit untuk surat kabar, majalah, atau terbitan berkala lainnya. (Assegaff Dza’far Husain, 1983)
Jurnalistik juga memilki bentuk tertentu, dan bentuk jurnalistik itu terbagi dalam 4 macam :
    Jurnalistik media cetak
    Jurnalistik Elektronik Auditif (Radio)
    Jurnalistik Elektronik Audio visual (TV)
    Jurnalistik Internet
Produk yang dihasilkan dari jurnalistik ada yang berupa berita (news/feature), opini, atau iklan. Berita (news) juga terbagi dalam beberapa kategori :
    Berita langsung (straight news)
    Berita menyeluruh (comprehensif news)
    Berita mendalam (depth news)
    Pelaporan mendalam (depth reporting)
    Berita penyelidikan (investigative news)
    Berita khas bercerita (feature news)
    Berita gambar (photo)
Sebelum memberitakan sesuatu, pastinya seorang jurnalis terlebih dahulu harus menyusun beberapa pertanyaan tentang peristiwa yang akan diberitakan olehnya. Menentukan narasumber dan mengajukan pertanyaan kepadanya untuk mendapatkan informasi. Apabila ada beberapa orang narasumber, maka baiknya pertanyaan yang diajukan pun harus berbeda, dengan memilah dan memilih pertanyaan mana yang cocok untuk diajukan pada narasumber A dan mana yang tidak.
Dalam mengajukan pertanyaan, seorang jurnalis harus kreatif dan penuh dengan trik. Jika narasumber menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka kita harus memberikan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih kreatif dan mengarah pada jawaban yang kita harapkan. Dan jangan menggunakan pertanyaan yang mungkin akan menyinggung perasaan narasumber.
Berbicara jurnalistik juga pasti akan berkaitan dengan wawancara. Karena dari wawancara itu pula seorang jurnalis akan mendapatkan berita atau informasi yang diinginkan.
Sebelum wawancara dilakukan, ada baiknya seorang jurnalis menyusun terlebih dahulu pertanyaan apa saja yang nantinya akan diajukan pada narasumber, memilih narasumber yang tepat, dan juga yang paling penting adalah menyiapkan buku catatan, bolpoint, alat perekam, dan kamera. Setelah menentukan narasumber, langkah berikutnya adalah membuat perjanjian dengan narasumber dan memberikan daftar pertanyaan kepadanya, agar narasumber juga mempunyai persiapan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan kita ajukan nantinya.
Seorang jurnalis yang akan melakukan wawancara dengan narasumber, harus datang tepat waktu ke tempat yang telah disepakati antara jurnalis dan narasumber. Jurnalis juga harus memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai wawancara.
 Sikap-sikap lain yang juga harus diperhatikan oleh jurnalis saat melakukan wawancara diantaranya adalah :
    Harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan ketika berbicara ( menjaga sopan santun )
     Jangan terburu-buru mengajukan/melafalkan pertanyaan.
    Sebagai penanya, jurnalis harus menjadi pendengar yang baik (konsentrasi).
    Hindari sikap menggurui terhadap narasumber.
    Selalu siap dengan pertanyaan-pertanyaan susulan.
    Upayakan pertanyaan tidak menyimpang dengan topik yang kita gali.
Selanjutnya saya melanjutkan studi saya untuk mengambil gelar Sarjana (S1) di jurusan jurnalistik, Fikom Unpad. Sama halnya dengan broadcasting, saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa disini. Saya banyak mempelajari segala hal tentang dunia jurnalistik, Teori juga praktik. Misalnya seperti mempelajari bahasa jurnalistik, bagaimana membuat feature yang bernilai dan enak untuk dibaca dan bagaimana membuat pelaporan mendalam.
Selain itu yang juga menyenangkan adalah praktik jurnalisme foto dimana melatih kami menjadi seorang wartawan foto yang peka terhadap keadaan sekitar sehingga mendapatkan hasil foto jurnalistik yang bernilai, kami  juga memepelajari hukum etika pers yang kami jadikan pedoman dalam proses jurnalistik.
Ada juga beberapa kegiatan yang difasilitasi pihak kampus, yaitu studi tour ke sejumlah media massa.

ILMU JURNALISTIK

2.    Ilmu Jurnalistik
Ilmu jurnalistik adalah bagian dari ilmu publisistik (to publish = publikasi). Publisistik sendiri merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Makna jurnalistik adalah hal ihwal yang berhubungan dengan persurat-kabaran (media massa cetak = pers). Secara lebih sederhana, jurnalistik sering diartikan sebagai ilmu tentang tulis-menulis di media massa. Padanan ilmu jurnalistik adalah pengetahuan kewartawanan. Hingga jurnalis juga dipadankan dengan wartawan, yang merupakan profesi untuk memperoleh informasi guna disebarluaskan ke masyarakat melalui media massa cetak. Sekarang profesi jurnalis / wartawan tidak hanya terkait dengan media massa cetak, melainkan juga radio, televisi, kantor berita dan multi media (web site).

Bicara soal pers berarti bicara soal jurnalistik, karena kegiatan yang melekat pada pers adalah kegiatan menyampaikan isi pernyataan melalui media massa periodik. Dan kalau bicara jurnalistik sebagai ilmu, tentu berkaitan dengan ilmu komunikasi, karena ilmu jurnalistik merupakan salah satu dari ilmu komunikasi praktika.

Ilmu jurnalistik merupakan ilmu komunikasi praktika, karena ilmu jurnalistik mempelajari penerapan dari ilmu komunikasi teoritika dalam kehidupan manusia yaitu, menyampaikan isi pernyataan dengan menggunakan media massa periodik. Selain ilmu jurnalistik masih banyak lagi ilmu komunikasi praktika lainnya, seperti hubungan masyarakat, periklanan, penerangan, dan lain-lain.
Kang Tedjo berpendapat bahwa di era komunikasi mutakhir didapati dengan silang sengkarut yang tidak terbendung. Komunikasi itu, pada akhirnya menempatkan jurnalisme sebagai panglima perang pengetahuan yang paling handal. Untuk itu, siapa yang mampu menguasai komunikasi (dunia jurnalisme) dialah yang akan menang. Dari sisi ilmu komunikasi, jurnalistik merupakan praktek komunikasi yang paling menonjol. Dari sini maka menjamurnya media masa merupakan sesuatu yang wajar. Selain itu bisa diandaikan jurnalistik memberikan gambaran bahwa demikian strategis posisinya dalam peta komunikasi masa. Sedangkan menurut JB. Wahyudi Ilmu jurnalistik adalah salah satu ilmu terapan (applied science) dari ilmu komunikasi, yang mempelajari keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita menjadi karya jurnalistik, serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik.
Proses jurnalistik adalah setiap kegiatan mencari mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik.
Karya jurnalistik adalah uraian fakta dan/atau pendapat yang mengandung nilai berita, dan penjelasan masalah hangat yang sudah disajikan kepada khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik

PENEGERTIAN JURNALISTIK

1.    Pengertian Jurnalistik Dari Sudut Pandang Sebagai Proses, Teknik, dan Ilmu
Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
1.    Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
2.    Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
3.    Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.

Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa. Jurnalistik erat kaitannya dengan istilahpers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat madia massa.
Pengertian jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik yang jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa factual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak. Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
M. Djen Amar, jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer ide atau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal bakal makna jurnalistik sederhana. Pengertian menurut Amar juga dijelaskan pada Sumadiria. Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya. M. Ridwan, adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuki pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni. Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. Astrid S. Susanto, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. 2. Ruang Lingkup Jurnalistik Ruang lingkup jurnalistik sama saja dengan ruang lingkup pers.
Dalam garis besar jurnalistik Palapah dan Syamsudin dalam diktat membagi ruang lingkup jurnalistik ke dalam dua bagian, yaitu :
a)      News dan views (Diktat “Dasar-dasar Jurnalistik”). News dapat dibagi menjadi menjadi dua bagian besar, yaitu :
    Stainght news (hard news/berita langsung) yang terdiri dari :
1.      Matter of fact news
2.      Interpretative report
3.      Reportage
    Feature news, yang terdiri dari :
1.      Human interest features
2.      Historical features
3.      Biographical and persomality features
4.      Travel features
5.      Scientifict features
b)      Views dapat dibagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1.      Editorial
2.      Special article
3.      Colomum
4.      Feature article
c)      Bentuk Jurnalistik Jurnalistik dibagi menjadi tiga bagian besar:
1.      Jurnalistik media cetak (newspaper and magazine journalism)
2.      Jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast journalism)
3.      Jurnalistik audio visual (television journalism)
d)     Produk Jurnalistik Produk jurnalistik adalah
1.      media cetak ;surat kabar, tabloid, majalah, buletin, atau berkalanya
2.      media elektronik; radio, televisi, dan media on-line internet.
    e)      Syarat kelayakan Berita:
1.      Aktual (terbaru)
2.      Proximity (kedekatan)
3.      Performance (keterkenalan)
4.      Objektif
5.      Berimbang
6.      Tidak mencampurkan fakta dan opini
7.      Akurat
8.      Konflik Media cetak dibagi menjadi tiga kelompok besar

           Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.

Tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:
    Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)
    Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.
    Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead. meliputi:
a)    Berita langsung (straight news)
b)    Berita menyeluruh (comprehensive news)
c)    Berita mendalam (depth news)
d)    Laporan mendalam (depth reporting)
e)    Berita penyelidikan (investigative news)
f)    Berita khas (feature news)
g)    Berita gambar (photo news)
        
           Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Jenis informasi ini adalah kolom, tajuk rencana, artikel, surat pembaca, karikatur, pojok, dan esai. 
          
    Iklan (advertising). Dari ketiganya, hanya news dan views yang termasuk produk jurnalistik, sementara iklan bukan produk jurnalistik meskipun teknik yang digunakan merujuk pada teknik jurnalistik.

           Jurnalistik Pers Jurnalistik pers mulai dikenal pada 1744 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan dengan penguasaan orang-orang Belanda. Pada abad 20, Medan Prijaji sebagai surat kabar pertama milik bangsa Indonesia terbit di Bandung. Medan Prijaji dimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisurjo alias Raden Mas Djokomono. Jurnalistik dalam Orde Reformasi Sejak kejatuhan rezim Soeharto, kebebasan jurnalistik berubah secara drastis menjadi kemerdekaan jurnalistik. Departemen Penerangan sebagai malaikat pencabut nyawa pers dibubarkan. UU Pokok Pers No.21/1982 diganti dengan UU Pokok Pers No.40/1999. Siapa pun bisa menerbitkan dan mengelola pers. Siapa pun bisa menjadi wartawan dan masuk dalam organisasi pers mana pun. RUANG LINGKUP PERS Pers mengandung dua arti. Arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, pers hanya menunjuk pada media cetak berkala. Dalam arti luas, pers selain menunjuk pada media cetak berkala juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audiovisual berkala. Pers dalam arti luas disebut media massa.
       
        Fungsi Utama Pers Terdapat lima fungsi utama pers yang berlaku secara universal:
    Informasi (to inform)
    Edukasi (to educate)
    Koreksi (to influence)
    Rekreasi (to entertain)
    Mediasi (to mediate)

    Karakteristik Pers Karakteristik adalah ciri-ciri spesifik. Terdapat lima ciri spesifik pers:
    Periodesitas
    Publisitas
    Aktualitas
    Universalitas
    Objektivitas

Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak.

Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).

Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan
a. Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif
b. Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan

c. Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi
d. Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e. Peran Pers
sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.

Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan  informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.

KONSEP DASAR KUANTITATIF

1. Konsep Dasar Kualitatif
Kualitatif merupakan kajian berbagai studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris,seperti studi kasus, pengalaman personal, pengakuan introspektif, kisah hidup, wawancara,pengamatan. (Septiawan Santana K, 2010: 5)
Penelitian Kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan dll. Secara kolintik mendiskripsikan dengan bahasa dan kata pada konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Lexy J. Moleong, 2007: 8)
Menurut Sugiono (2008: 207), Penelitian Kualitatif tidak hanya akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian tetapi keseluruhan yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (actifity) yang berinteraksi secara sinergis.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep dasar penelitian kualitatif tidak harus mencerminkan permasalahan dan variabel yang deteksi, tetapi usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas, mendalam dan kolistik dan dapat menemukan hipotesis teori.

KUALITATIF

             Kualitatif  dan Kuantitatif

Penelitian kualitatif dan kuantitatif sering diartikan secara salah sebagai masalah ada atau tidaknya statistik, ekonometrika, atau matematika sebagai alat. Penggunaan kata kualitatif dan kuantitatif mungkin turut berperan dalam kesalahkaprahan tersebut. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif berawal dari perbedaan mendasar pada paradigma maupun filosofi dasar yang melandasinya.
Perbedaan paradigma dan filosofi dasar tersebut seringkali tidak disadari oleh para peneliti yang menganut masing-masing aliran, baik kualitatif maupun kuantitatif.  Sebagai akibatnya, seringkali debat antara para peneliti kualitatif dan kuantitatif tidak menyentuh esensi tetapi lebih pada atribut di permukaan. Sebagai contoh, para penganut aliran kuantitatif sering “menuduh” penganut aliran kualitatif tidak dapat menunjukkan validitas, reliabilitas, obyektivitas, maupun generalisasi hasil penelitian (Crotty 1998; Miles & Huberman 1994). Di sisi lain, peneliti kualitatif “menyerang” peneliti kuantitatif dengan keengganan mereka untuk berinteraksi dengan obyek penelitian dan kedangkalan analisa.
Salah kaprah tidak hanya berhenti sampai di sana. Sering kali kita menjumpai kesalahkaprahan tersebut menyebabkan tercampur aduknya metode, metodologi, alat, perspektif teoritis, dan epistemologi. Tidak jarang dijumpai pemaknaan istilah ethnography, symbolic interactionism, constructivist, dan lainnya menjadi kabur. Posting ini ditulis untuk menjernihkan kesalahkaprahan tersebut dan menempatkan perspektif yang jelas akan perbedaan antara penelitian kualitatif dengan kuantitatif sehingga debat berkepanjangan yang tidak perlu tidak terjadi.
1.    Pengertian Dasar
Sebelum membahas penelitian kualitatif dan kuantitatif, terlebih dahulu kita harus mengerti beberapa istilah dasar. Setiap kali memulai suatu penelitian (mungkin dalam proses penyusunan  proposal) peneliti dihadapkan pada pertanyaan mengenai metodologi dan metode yang akan digunakan. Selanjutnya kita juga dihadapkan pada bagaimana meyakinkan (justifikasi) pilihan metodologi dan metode kita merupakan pilihan yang paling tepat. Lebih mendalam lagi, pilihan metodologi dan metode penelitian yang kita gunakan merupakan perwujudan asumsi dasar yang kita gunakan, dengan kata lain merupakan perwujudan perspektif teoritis yang kita anut.  Penelusuran lebih mendalam lagi akan menyentuh sisi epistemologis yang kita anut.
Epistemologi adalah teori mengenai pengetahuan yang terkandung dalam perspektif teoritis dan dengan sendirinya dalam metodologi (Ambert et al. 1995; Blaikie 2000). Ada beberapa epistemologi yang berbeda yaitu Objectivism, Constructionism, Subjectivism, dan beberapa variannya (Crotty 1998).
Perspektif teoritis adalah landasan filosofis yang membentuk metodologi dan dengan demikian memberikan konteks untuk proses dan dasar logika dan kriteria (Crotty 1998; Guba & Lincoln 1994).
Metodologi adalah strategi, rencana, proses, atau rancangan yang berada di balik pilihan dan penggunaan metode tertentu dan menghubungkan pilihan dan penggunaan metode untuk mencapai hasil penelitian yang diinginkan (Creswell 2003; Leedy & Ormrod 2005).
Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001).
Bagian berikut ini akan membahas pengertian dasar epistemologi dan perspektif teoritis.
1.1.  Epistemologi
Epistemologi berkaitan dengan sifat suatu pengetahuan (Crotty 1998; Hamlyn 1995). Lebih jelasnya, epistemologi berkaitan dengan filosofi dasar untuk memilih pengetahuan seperti apa yang mungkin diciptakan dan bagaimana memastikan pengetahuan tersebut memadai dan sahih (Hamlyn 1995; Maynard 1994). Sebagai peneliti, epistemologi yang kita adopsi menjadi penting untuk mendeskripsikan metodologi yang kita gunakan.
Ada beberapa epistomologi, misalnya objectivism. Objectivism beranggapan bahwa makna, pengertian, dan realitas ada dan terpisah dari kesadaran manusia. Makna dan realita tetap ada  meskipun manusia tidak menyadarinya (Guba & Lincoln 1994). Manusia hanyalah menemukan adanya makna atas realita tersebut. Sebagai contoh, emas yang terkandung di dalam tanah tetaplah emas. Emas tersebut mengandung makna intrinsik sebagai emas. Ketika manusia menemukan emas tersebut dan mengenalinya sebagai emas, maka manusia hanya menemukan makna emas tersebut. Makna emas tersebut diam dan menunggu untuk ditemukan. Epistomologi objectivism ini yang kebanyakan dianut oleh peneliti kuantitatif.
Epistemologi constructionism memiliki pandangan yang berbeda.  Makna dan realita adalah hasil konstruksi pemikian manusia (makanya diberi nama constructionism) dan tidak ada makna atau realita yang menunggu untuk ditemukan manusia seperti halnya objectivism (Crotty 1998). Suatu hal yang sama akan dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan budaya, cara pandang, dan perilaku manusia meski dihadapkan pada hal yang sama. Epistemologi constructionism ini yang kebanyakan dianut oleh peneliti kualitatif.
Dengan melihat perbedaan epistemologi tersebut, dapat dipahami perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Peneliti kuantitatif berusaha menemukan makna yang tersembunyi dalam fenomena yang ditelitinya. Validitas, relaibilitas, dan obyektifitas menjadi penting karena dengan demikian peneliti dapat menemukan maknya yang tersembunyi. Generalisasi hasil penelitian juga merupakan atribut  penting penelitian kuantitatif karena makna suatu hal adalah universal dan akan bias diterima siapa saja. Sebaiknya, peneliti kualitatif bergelut dengan pemaknaan suatu fenomena secara berbeda oleh orang yang berbeda. Suatu realita menjadi memiliki makna yang berbeda-beda dan dengan demikian menjadi kompleks. Peneliti kualitatif berusaha memahami dan menangkap kompleksitas tersebut.
1.2.   Perspektif Teoritis
Dalam memilih metodologi penelitian yang kita gunakan, secara sadar ataupun tidak, kita membawa asumsi dasar. Sebagai peneliti, kita harus berupaya untuk menyadari dan mendeskripsikan asumsi-asumsi tersebut. Asumsi dasar tersebut akan nampak dalam metodologi yang kita gunakan.
Perspektif teoritis berkaitan dengan cara pandang terhadap dunia dan kehidupan dalam dunia tersebut (Creswell 2003; Crotty 1998; Jacob 1998). Nama lain dari perspektif adalah paradigma penelitian (Campbell 2007). Ada beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan, antara lain positivism, interpretivism, critical inquiry, feminism, postmoderninsm, dan lain-lain (Crotty 1998; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). Penelitian kuantitatif biasanya menggunakan perspektif teoritis positivism sedangkan penelitian kualitatif menggunakan interpretivism.
Positivism dipopulerkan oleh Auguste Comte. Positivism menganggap pengetahuan yang autentik adalah pengetahuan yang telah melalui pengujian dengan metodologi ilmiah. Akar positivism dapat ditelusuri mulai dari masa pencerahan (Enlightement) dengan munculnya metode ilmiah sebagai tradisi penelitian. Untuk bidang bisnis dan sistem informasi di Indonesia, paham inilah yang banyak dianut. Metode ilmiah bahkan sudah mulai diperkenalkan semenjak tingkat SMP[1]. Berbagai metodeologi penelitian kuantitatif menampakkan metode ilmiah yang kuat dalam proses penelitian, dimulai dari perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, sampai dengan kesimpulan.
Interpretivism pada dasarnya menganggap bahwa semua pengetahuan adalah masalah interpretasi, orang yang berbeda akan menginterpretasikan sesuatu secara berbeda pula. Dalam aliran interpretivism terdapat beberapa pendekatan, yaitu symbolic interactionism, phenomenology, dan hemerneutics (Crotty 1998). Interpretivism akan dibahas secara lebih mendalam pada bab 2.
Dengan melihat epistemologi dan perspektif teoritis yang berbeda antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, maka dapat dipahami mengapa kedua pendekatan penelitian tersebut berbeda dalam banyak hal.  Pada bagian selanjutnya akan dibahas perbedaan tersebut secara lebih terinci. Pembahasan akan diteruskan dengan validitas dan reliabilitas serta diakhiri dengan pertimbangan pemilihan metodologi dan sistematika pembahasan dalam buku ini.

ELIPSIS

Ellipsis
Elipsis dapat pula dikatakan penggantian nol(zero); sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Hal ini dilakukan demi kepraktisan. Elipsispun dapat pula di bedakan atas elipsis nominal, elipsis verbal, elipsis kausal.
Contoh kalimat elipsis
1.    Eva dan Geri senang sekali mendaki gunung sebagai sport utama mereka.
2.    Justru Feri  dan Ninom sebaiknya;mereka senang memancing.
3.    Setiap hari minggu  Feri dan Ninon pergi memancing ke situ  Lembang.
4.    Mereka membawa perangkat pancing beberapa buah.
5.    Minggu yang lalu saya meminjam satu.
6.    Siapa yang memperoleh ikan lebih dari dua puluh kilo diberi hadiah sebuah radio transitor oleh pemilik pemencing itu.
7.    Minggu yang lalu justru Feri pula yang berhasil.
Konjungsi
Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa,klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf.
Contoh kalimat konjungsi
1.    Badan terasa kurang enak ,tetapi dia masuk kantor juga karena banyak tugas yang harus diselesaikan dengan segera.
2.    Masuk atau tidak  masuk kantor, pekerjaan harus selesai sebab bulan depan akan diadakan serah terima jabatan, baik yang digantikan  maupun pengganti harus dipertemuakan pada saat itu .
3.    Meskipun misalnya seseorang tidak ingin dipindahkan ke tempat lain, tetapi kalau surat keputusan telah dikeluarkan, maka perpindahan harus dilaksanakan selekas mungkin.
4.    Akhirnya dia mengetahui dengan pasti bahwa dia dipindahkan ke kota yang lebih besar dan ramai.
5.    Sesudah membaca surat keputusan itu dia merasa gembira sebab sebelum itu dia menduga bahwa dia akan di pindahkan di kota yang kecil dan terperinci entah di kalimantan entah di irian


SUBTITUSI

Subtitusi
Subtitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Subtitusi dan makna indonesia dapat bersifat nominal, verbal, klausa atau campuran ; misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama.
Contoh kalimat subtitusi
1.    Saya dan paman masuk ke warung kopi.
2.    Paman memesan kopi susu.
3.    Saya juga mau satu.
4.    Keinginan kami rupanya sama.
5.    Paman bercita-cita untuk menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi agar mereka menjadi sarjana yang berguna bagi keluarga dan masyarakat serta memperoleh  penghasilan yang cukup.
6.    Oleh karena itu, paman bekerja membanting tulang mencari uang buat biaya anak-anaknya itu.
7.    Saya rasa cita-cita yang demikian merupakan cita-cita semua orang tua.
8.    Orang tua di kampung kami melakukan hal yang sama demi masa depan anak-anak mereka.

PRONOMINA

Pronomina
Pronomina atau kata ganti terdiri atas kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain. Kata ganti diri dalam bahasa indonesia adalah:
a)    Saya, aku, kita, kami
b)    Engkau, kamu, kau, kalian, anda
c)    Dia, mereka
Contoh kalimat pronomina
1.    Ani, Berta, dan Clara sedang duduk-duduk di beranda depan rumah pak Dadi.
2.    Mereka sedang asyik  berbincang-bincang.
3.    Sebenarnya mereka sedang menanti saya dan Gando, untuk belajar bersama-sama.
4.    Saya tiba dan menyapa mereka.
5.    Dengan ucapan selamat sore.
6.    Gando belum juga tiba.
7.    Mungkin dia terlambat datang karena mobilnya mogok.
8.    Sebentar kemudian dia pun tiba.
9.    “Maaf saya terlambat, tadi kendaraan padat benar di jalan.
10.    Mungkin kalian sudah jengkel menanti saya!
11.    “Ani menjawab dengan tersenyum : tidak apa-apa, kami memaafkan kamu, Gando:teman-teman mari kita mulai membicarakan dan mengerjakan pekerjaan rumah kita:Pelajaran Bahasa Indonesia .
12.    Kami asyik berdiskusi, dan sebuah tugas dapat kami selesaikan dengan baik.

RENCANA PEMBELAJARAN






PERANGKAT PEMBELAJARAN
ASPEK BERBICARA















Hamzah Ntouna, S.Pd., M.Pd




Dikembangkan dalam Rangka
Workshop Penyiapan Bahan Ajar SSP-PPG



FKIP UNIVERSITAS HALUOLEO

Desember
2010









RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
   



BAHASA INDONESIA
SMA KELAS 10 SEMESTER II



Standar Kompetensi
Berbicara:
Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber
Kompetensi Dasar
Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel
yang terdapat dalam media cetak atau elektronik.
   



oleh
Hamzah Ntouna, S.Pd., M.Pd





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FKIP UNIVERSITAS HALUOLEO

Desember
2010




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah        : SMA Negeri 4 Kendari
Mata Pelajaran    :  Bahasa Indonesia
Kelas/Semester    : 10/II
Unit/Tema        :
Kemampuan/Aspek    : Berbahasa/Berbicara
Alokasi Waktu    : 3 x 40 menit
Tahun Pelajaran    : 20  /20

A. Standar Kompetensi
     Berbicara: 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.
   
B. Kompetensi Dasar
     10.2 Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak atau elektronik.

C. Indikator
     1. Kognitif    
         a. Proses
            1. Mampu mengidentifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel.
            2. Mampu merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam
                media cetak atau elektronik.
         b. Hasil
            1. Mampu mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.
            2. Mampu merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam masyarakat (apa isinya, siapa yang memunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dan sebagainya).
     2. Psikomotorik
           Mampu memberikan persetujuan/dukungan dengan bukti pendukung disertai dengan alasan.
     3. Afektif
         a. Karakter
            1. Bertanggung jawab tentang tugas yang diberikan guru.
            2. Jujur menyampaikan data/informasi.
            3. Santun
        b. Keterampilan sosial
            1. Bekerja sama membahas kognitif, psikomotor, dan afektif.
            2. Menghargai teman dan guru selama pembelajaran.
            3. Menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam bekerja sama dan memberi persetu juan isi artikel. 
            4. Memperhatikan pembelajaran. 
          
D. Tujuan Pembelajaran
     1. Kognitif
         a. Proses
            1. Siswa mampu mengidentifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel setelah
                disediakan beberapa kalimat persetujuan/dukungan contoh dan bertanya jawab.   
            2. Siswa mampu merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel yang   
                terdapat dalam media cetak atau elektronik logis disajikan beberapa kalimat   
                persetujuan/dukungan contoh dan bertanya jawab.
        b. Hasil
            1. Siswa mampu mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan 
                sumbernya setelah bertanya jawab/berdiskusi serta membacanya.
           2. Siswa mampu merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum
               dalam masyarakat dengan logis (apa isinya, siapa yang memunculkan, apa yang
               menjadi latar belakangnya, dan sebagainya).  

         2. Psikomotorik
             Siswa mampu memberikan persetujuan/dukungan secara lisan dengan bukti pendukung  
            disertai dengan alasan yang logis setelah merumuskan pokok persoalan dan bertanya jawab.
       3. Afektif
           a. Karakter
              1. Siswa mampu bertanggung jawab tentang tugas yang diberikan guru.
              2. Siswa mampu bersikap jujur menyampaikan persetujuan/dukungan.
              3. Siswa mampu bersikap santun.              
          b. Keterampilan sosial
              1. Siswa mampu bekerja sama membahas kognitif, psikomotor, dan afektif.
              2. Siswa mampu menghargai teman dan guru selama pembelajaran.
              3. Siswa mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam bekerja sama dan
                  memberi persetujuan isi artikel. 
              4. Siswa mampu memperhatikan pembelajaran.
      4. Kecakapan Hidup
          1. Mahir memperoleh informasi dari berbagai sumber.
          2. Mahir mengulas berbagai sumber tertulis secara profesional berdasarkan etika sosial.

E. Materi Pembelajaran
    1. Mengidentifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel.
    2. Merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel.
    3. Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.
    4. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam masyarakat
        a. Isi persoalan
        b. Latar belakang terjadinya persoalan
        c. Pihak yang memunculkan persoalan
        d. Akibat persoalan
        e. Penyelesaian persoalan

F. Model dan Metode Pembelajaran
     1. Model  : kontekstual
     2. Metode: diskusi, tanya jawab, elisitasi, latihan
    
G. Media/Alat/Bahan
     1. Kartu peta konsep
     2. Pengeras suara

H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran    Tahapan
a. Kegiatan Pendahuluan  (10 menit)
    Awal Pembelajaran
    1. Guru dan siswa saling menyalami.
    2. Guru dan siswa berdoa.
    3. Guru dan siswa bertanya jawab tentang keadaan siswa.
    4. Guru mengecek siswa yang tidak hadir.
    5. Guru mengecek kesiapan siswa dan keadaan sarana belajar.
    6. Guru memperkenalkan KD, indikator, tujuan, materi, metode, dan penilaian.
    7. Guru mengapersepsi pengetahuan siswa.
    8. Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi.
    9. Guru memotivasi siswa.
  10. Guru mengelompokkan siswa.   




Konstruktivistik
(Apersepsi)
b. Kegiatan Inti (100 menit)
    1. Guru mengarahkan siswa.
    2. Siswa membaca contoh artikel yang disediakan guru.
    3. Siswa mencermati kelogisan persetujuan dengan artikel.
    4. Siswa membaca artikel lain.
    5. Siswa mengidentifikasi beberapa persetujuan/dukungan terhadap isi artikel.       
    6. Siswa merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel.
    7. Siswa mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.  
    8. Siswa merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan
        umum dalam masyarakat (isi persoalan, latar belakang terjadinya
        persoalan, pihak yang memunculkan persoalan, akibat persoalan,
        penyelesaian persoalan.
    9. Siswa berlatih menyampaikan pokok persoalan pada kelompok masing-masing.
  10. Guru menilai hasil belajar siswa (kognitif, psikomotor, dan afektif)        
Konstruktivistik

 


Pemodelan




Asesmen
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
    1. Siswa merangkum/menyimpulkan materi.
    2. Guru dan siswa mengomentari pelaksanaan pembelajaran.
    3. Guru memberikan siswa PR/berlatih di rumah.
    4. Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran.   
Refleksi
Asesmen/
Latihan

I. Sumber Pembelajaran
    1. Buku Panduan Pendidik Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas IX, 2010,  oleh Darmawati dkk., 
        Klaten Intan Pariwara.
    2. Jurnal
    3. LKS

J. Penilaian

1. Kognitif dan Psikomotor

Indokator    Indokator soal    Teknik    Bentuk    Instrumen
1. Mampu mengidentifikasi
    persetujuan/dukungan   
   terhadap isi artikel.
2. Mampu merumuskan kali mat persetujuan/dukungan  
     terhadap artikel yang  terdapat dalam media cetak  atau elektronik.
3. Mampu mendata informasi   dari sebuah artikel dengan  mencantumkan sumber nya
4.  Mampu merumuskan
     pokok persoalan yang
 menjadi bahan perdebatan  umum dalam masyarakat (apa isinya, siapa yang  memunculkan, apa yang menjadi latar belakan nya, dan sebagainya).
5. Mampu memberikan persetujuan/dukungan dengan  bukti pendukung disertai  dengan alasan.
    1. Disediakan kalimat per setujuan/dkungan
    terhadap isi artikel, siswa mampu mengidentifikas nya.
 2. Disediakan artikel, siswa mampu merumuskan  kalimat persetujuan/dukungan terhadap  artikel yang  terdapat   dalam media cetak  atau elektronik.
3. Disediakan artikel, siswa  mampu mendata infor masi dari sebuah artikel
    dengan mencantumkan
    sumber nya.
4. Disediakan artikel, siswa 
    merumuskan pokok per-
    soalan yang menjadi
    bahan perdebatan umum
    dalam masyarakat
5.  Disediakan artikel, siswa 
     mampu memberikan   
     persetujuan/dukungan  
     dengan bukti pendukung
     disertai dengan alasan.     Tes


    Uraian    Kalimat persetujuan
1. Identifikasi persetujua  dukungan terhadap isi  artikel
2. Rumuskanlah  kali mat persetujuan/dukungan  
    terhadap artikel yang  ter- 
    dapat dalam media cetak
    atau elektronik!
3. Mampu mendata informasi  
    dari sebuah artikel dengan   
    mencantumkan sumber nya!
4. Rumuskan  pokok perso-
    alan yang menjadi bahan 
    perdebatan  umum dalam
    dalam masyarakat!
     a. Apa persoalan yang
         diuraikan dalam artikel?  
     b. Bagaimana latar bela-
         kang terjadinya perso-
         alan?
     c. Siapa yang memuncul-
         kan persoalan?  
     d. Bagaimana akibat
         persoalan?
     e. Bagaimana penyelesai-
         an persoalan?
5. Berikanlah persetujuan/
    dukungan dengan bukti
    pendukung disertai dengan  
    alas an yang logis!

























LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)
       



BAHASA INDONESIA
SMA KELAS 10 SEMESTER II



Standar Kompetensi
Berbicara:
Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber
Kompetensi Dasar
Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel
yang terdapat dalam media cetak atau elektronik.
   


oleh
Hamzah Ntouna, S.Pd., M.Pd





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FKIP UNIVERSITAS HALUOLEO

Desember
2010







LEMBAR KERJA SISWA

A. Standar Kompetensi
     Berbicara: 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.

B. Kompetensi Dasar
     10.2 Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam
            Media cetak atau elektronik. 

C. Soal    

Kalimat persetujuan

1. Identifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel!
......................................................................................................................................................................
 .....................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
 Artikel
2. Rumuskanlah  kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel yang  terdapat dalam media cetak  atau elektronik!
    ..................................................................................................................................................................
    ..................................................................................................................................................................
    .................................................................................................................................................................
     ................................................................................................................................................................
3. Mampu mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya!
    ..................................................................................................................................................................
4.  Rumuskan  pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam masyarakat!
     a. Apa persoalan yang diuraikan dalam artikel?  
    ..................................................................................................................................................................
     b. Bagaimana latar belakang terjadinya persoalan?
    ..................................................................................................................................................................
    ..................................................................................................................................................................
    ..................................................................................................................................................................
    c. Siapa yang memunculkan persoalan?  
       ...............................................................................................................................................................
    d. Bagaimana akibat persoalan?
        ..............................................................................................................................................................
        ..............................................................................................................................................................
        ..............................................................................................................................................................
     e. Bagaimana penyelesaian persoalan?       
        ..............................................................................................................................................................
        ..............................................................................................................................................................
        ..............................................................................................................................................................
        ..............................................................................................................................................................

   



































LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)
       



BAHASA INDONESIA
SMA KELAS 10 SEMESTER II



Standar Kompetensi
Berbicara:
Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber
Kompetensi Dasar
Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel
yang terdapat dalam media cetak atau elektronik


oleh
Hamzah Ntouna, S.Pd., M.Pd






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FKIP UNIVERSITAS HALUOLEO

Desember
2010


Bahan Ajar



Menyampaikan Topik Artikel
Bahan Ajar
    Artikel dapat didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud menjelaskan siapa, kapan, di mana, bagaimana, atau mengapa fenomena itu terjadi. Artikel dapat menawarkan wawasan baru, baik berupa teori maupun keterampilan ataau alternatif pemecahan masalah.
    Artikel-artikel dalam berbagai majalah dan surat kabar pada umumnya dapat digolongkan sebagai karangan eksposisi. Karangan yang berbentuk eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendiddikan, agama, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga, ilmu dan teknologi, kesustraan, dan hukum.
    Artikel juga dapat digolongkan sebagai karangan argumentasi. Karangan yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapat atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk  tujuan itu, pengarang biasanya mengemukakan fakta, analisis fakta, dan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut. Semua ini merupakan argumentasi yang digunakan oleh pengaran untuk meyakinkan pembaca.
   
Topik Artikel

    Setiap artikel memiliki topik. Topik merupakan masalah yang dibahas dalam artikel. Selain topik, artikel memiliki pokok pikiran. Pokok pikiran merupakan hal-hal penting yang terdapat dalam artikel. Isi artikel dapat dipahami jika pokok pikiran dan jalinan hubungan antara semua pokok antara semua pokok pikiran telah anda pahami. Oleh karena itu, bacalah artikel untuk mendapatkan pokok pikiran tiap paragraf. Anda dapat menyampaikan isi artikel kepaada orang lain.
Menyampaikan Topik Artikel

    Langkah-langkah menyampaikan topik sebuah artikel secara lisan sebagai berikut:
    Membaca dan memahami artikel secara utuh.
    Mencatat pokok-pokok isi artikel. Pokok-pokok isis artikel merupakan suatu hal yang dibahas.
    Mencatat topik dan pokok permasalahan yang dibahas dalam artikel.
    Memberikan pendapat atau uraian beserta alasan terhadap topik yang ditemukan.
    Menyampaikan secara lisan topik artikel yang dibaca dengan memberi alasan perlunya membaca artikel tersebut.
    Memberikan dukungan atau persetujuan terhadap suatu masalah artinya kita ikut serta memberikan kekuatan dan membenarkan isi masalah tersebut. Memberikan dukungan harus disertai dengan argumen atau alasan yang kuat dan logis dan dalam bahasa yang mudah dipahami pembaca/pendengar. Kata kunci yang biasa digunakan untuk memberikan dukungan/persetujuan adalah frase saya sependapat atau saya setuju dengan ... karena ...
    6.2.3 Tantangan 2
    Kini saatnya Anda berlatih memberikan dukungan atau persetujuan terhadap suatu permasalahan, khususnya terhadap masalah yang seing diperdebatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Siap? Tentu, kini Anda sudah siap berlatih!
    Masalah:
    1. Beberapa minggu yang lalu kita dihebohkan oleh berita hilangnya pesawat Boeing 737, milik maskapai penerbangan Adam Air. Pesawat ini membawa 96 penumpang termasuk enam awak pesawat. Sampai hai ini belum diketahui pasti penyebab dan lokasi kecelakaan tersebut. Sampai hari ini baru ditemukan beberapa bagian pecahan kecil dari pesawat tersebut di tempat yang tersebar. Pihak keluarga korban sudah semakin panik. Di tengah-tengah kepanikan tesebut, Direktur Adam Air, yakni Adam berjanji akan memberikan santunan di luar asuransi kepada keluarga korban masing-masing Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Ini sebagai rasa bela sungkawa pihak maskapai kepada keluaga korban.
    2. Sejak dilantiknya SBY menjadi presiden hingga sekarang, negara kita ini terus dilanda bencana. Tregedi lalu lintas angkutan darat, bencana alam, tragedi angkutan udara, laut, bahkan tragedi politik terus berlanjut, seolah-olah tidak mau berhenti dari pertiwi ini. Hal ini tentu saja membuat panik pemerintah.Satu masalah belum selesai, muncul lagi masalah baru. Di tengah-tengah keadaan seperti ini, lawan politik, LSM, dan sebagian pengamat pemerintahan menilai bahwa keadaan ini sebagai gambaran ketidakberhasilan SBY memimpin negara. Sampai ada segelintir orang yang meminta agar SBY mundur saja dari presiden. Karena itu, wajar bila SBY menyampaikan pesan kepada masyarakat agar mau berpikir jernih dalam menanggapi keadaan negara ini. Siapa pun pemimpin negara tidak akan ada yang mau negerinya seperti ini.
    6.2.4 Kunci Jawaban Tantangan 2











LEMBAR PENILAIAN
(LP)
       



BAHASA INDONESIA
SMA KELAS 10 SEMESTER II



Standar Kompetensi
Berbicara:
Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber
Kompetensi Dasar
Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel
yang terdapat dalam media cetak atau elektronik


oleh
Hamzah Ntouna, S.Pd., M.Pd





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FKIP UNIVERSITAS HALUOLEO

Desember
2010




Rubrik Penilaian Kognitif
No.    Kunci Jawaban dan Deskriptor    Skor
1    Identifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel    4–1
2    Rumuskanlah  kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel    4–1
3    Mendata informasi dari sebuah artikel    4–1
4    a. Jenis persoalan yang diuraikan dalam artikel    4–1
    b. Latar belakang terjadinya persoalan    4–1
    c. Pihak yang memunculkan persoalan    4–1
    d. Akibat persoalan    4–1
    e. Penyelesaian    4–1
5    Persetujuan    4–1
6    Menjawab tanggapan    4–1
    Jumlah    40

 Pedoman Penilaian Kognitif       
                         Skor perolehan
 Rumus Nilai = ------------------- x 100
                                  40

Panduan Pemberian Nilai

Skor         Nilai    Skor          Nilai    Skor           Nilai    Skor           Nilai    Skor          Nilai
40          100     32                80    24                  60    16                 40    8                   20
39            97.5    31                77.5     23                  57.5      15                37.5       7                 17.5
38            95    30                75     22                  55      14                35            6                 15    
37            92.5    29                72.5    21                  52.5    13                32.5    5                 12.5      
36            90          28                70    20                  50     12                30    4                  10      
35            87.5       27                67.5        19                   47.5    11                27.5       3                  7.5
34            85       26                65    18                   45    10                25     2                  5
33            82.5     25                62.5     17                   42.5    9                  22.5    1                  2.5

Afektif
Indokator    Indokator soal    Teknik    Bentuk    Instrumen
1. Mampu bertanggung
    jawab  tentang tugas yang
    diberikan guru.
2. Mampu bersikap jujur
    menyampaikan identitas.
3. Mampu bersikap santun
    saat menyampaikan  identitas
4. Mampu bekerja sama
    membahas kognitif,
    psikomotor, dan afektif.
5. Menghargai teman dan
    guru selama pembelajaran.
6. Mampu menggunakan
    bahasa yang baik dan
    benar  dalam bekerja sama
   dan memperkenalkan diri
   dan orang lain.   
7. Memperhatikan pembela-
    jaran.                 1. Siswa mampu bertang-
    gung jawab tentang tugas
    yang diberikan guru.
2. Siswa mampu bersikap
    jujur menyampaikan identitas.
3. Siswa mampu bersikap
    santun saat menyampai-
    kan identitas
4. Siswa mampu bekerja
    sama membahas kognitif,
    psikomotor, dan afektif.
5. Siswa menghargai teman
    dan guru selama pembel.
6. Mampu menggunakan
    bahasa yang baik dan
    benar dalam bekerja
    sama dan memperkenal-
    kan diri dan orang lain.
7. Memperhatikan pembela
    jaran.                 Observasi    Panduan
observasi

    Panduan Observasi
Nama/NIP       :
Kelas               :
KD                  :
Hari/Tanggal  :
Pertemuan ke-:

Pedoman Observasi Sikap
No.    Aspek yang Dinilai    Skor
        5    4    3    2    1
1    Sikap terhadap mata pelajaran.
a. Menyiapkan alat tulis/mencatat pelajaran.
b. Memperhatikan pembelajaran saat dimulai dan diakhiri.
c. Perhatian terpusat pada pelajaran.
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.                   
2    Sikap terhadap guru di kelas.
a. Memberi salam pada awal akhir pembelajaran.
b. Ramah/sopan santun terhadap guru dan teman.
c. Bekerja sama dengan guru selama pembelajaran.                   
3    Sikap terhadap proses pembelajaran.
a. Memperhatikan penjelasan guru.
b. Aktif bertanya/menjawab tugas-tugas individu/kelompok.
c. Mengerjakan tugas tepat waktu.
d. Mencatat materi pembelajaran.
e. Tidak mengganggu proses pembelajaran.
f. Menghargai teman yang sedang belajar.
g. Merefleksi pelaksanaan pembelajaran.                    
4    Sikap yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu.
a. Bertanggung jawab dan berani
b.  Jujur
c. Tidak mengotori kelas.
d. Berpakaian rapi dan sesuai dengan aturan sekolah.                    
Jumlah Skor    80

            Pedoman Penilaian Sikap
                           Skor perolehan
   Rumus Nilai = ------------------- x 100
                                     80
     

Panduan Pemberian Nilai
S       N    S      N    S       N    S       N    S            N    S      N    S            N    S       N
80    100    70    97.5    60     75    50     62.5        40    50    30    37.5    20    25    10    12.5
79    98.75    69    86.25    59    73.75    49    61.25    39    48.75    29    36.25    19    23.75    9     11.25
78    97.5    68    85    58    72.5    48    60    38    47.5    28    35    18    22.5    8      10
77    96.25    67    83.75    57    71.25    47    58.75    37    46.25    27    33.75    17    21.25    7      8.75
76    95    66    82.5      56    70    46    57.5    36    45    26    32.5    16    20    6      7.5
75    93.75    65    81.25    55    68.75     45    56.25     35    43.75    25    31.25    15    18.75    5      6.25
74    92.5    64    80    54    67.5    44    55    34    42.5    24    30    14    17.5    4      5
73    91.25    63    78.75     53    66.25     43    53.75    33    41.25    23    28.75    13    16.25    3      3.75
72    90    62    77.75    52    65    42    52.5    32    40    22    27.5    12    15     2      2.5 
71    88.75       61    76.25    51    63.75    41    51.25    31    38.75    21    26.25    11    13.75    1      1.25

      Skala Nilai Sikap
      85–100 = Sangat baik; b. 84–75 = Baik; c. 74–65 = Cukup; d. S < 64 = Kurang  

       Kepala Sekolah,                                     Guru Bahasa Indonesia,

      

       Nurdin Tinggila, S.H., S.Pd., M.Pd.                            Hamzah Ntouna, S.Pd., M.Pd.














Nama Sekolah        : MA Assalaam – Sukoharjo
Mata Pelajaran    : Bahasa Indonesia
Kelas            : X
Semester        :  2
Standar Kompetensi    : Berbicara
9.    Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber  

Kompetensi
 Dasar    Materi
Pembelajaran    Kegiatan
 Pembelajaran    Indikator    Penilaian    Alokasi
Waktu    Sumber/
Bahan/Alat
10.1   
Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik 

   
•    Artikel dalam media cetak atau internet yang menjadi bahan perdebatan umum (misalnya, kenaikan harga BBM atau berita terorisme)
•    Kata kunci (saya kurang sependapat...  karena..., ) untuk menyampaikan kritik atau dukungan terhadap  suatu pendapat atau gagasan
   
•    Membaca artikel
•    Mendiskusikan persoalan yang menjadi perdebatan umum di masyarakat ( apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakang, dsb.)
•    Memberikan  kritik  dengan disertai alasan

   
•    Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya
•    Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
•    Memberikan  kritik  dengan disertai alasan
   
Jenis Tagihan:
•    praktik
•    tugas kelompok

Bentuk Instrumen:
•    unjuk kerja
•    format pengamatan   
4   
artikel dari media cetak/ internet






10.2   
Memberikan persetujuan/ dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik   
   
•    Artikel dalam media cetak atau internet yang menjadi bahan perdebatan umum (misalnya, kenaikan harga BBM atau berita terorisme)
•    Kata kunci (saya sependapat... karena..., ) untuk menyampaikan dukungan terhadap  suatu pendapat atau gagasan
   
•    Membaca artikel
•    Mendiskusikan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
•    Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan alasan)

   
•    Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya
•    Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
•    Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan  las an)
   
Jenis Tagihan:
•    praktik
•     tugas kelompok

Bentuk Instrumen:
•    unjuk kerja
•    format pengamatan   
4   
artikel dari media cetak/ internet