BAB II
FUNGSI
DAN PERAN KRITIK SASTRA
- Fungsi
Kritik Sastra
Jika
kita lihat pengertiannya, kritik sastra melakukan penilaian terhadap sebuah
karya sastra dengan mempertimbangkan baik buruknya karya sastra dari berbagai
aspek kepengarangan serta menyandarkan diri pada suatu teori sastra tertentu.[3] Secara garis besar dapat kita katakan
bahwa kritik sastra mempunyai fungsi sebagai media penghantar antara
sastrawan atau pencipta karya sastra dan penikmat sastra untuk memahami karya
sastra itu sendiri. Baik atau buruknya sebuah karya sastra akan diketahui
melalui kritik sastra, dimana seorang kritikus bertugas menerangkan teknik dan
arti karya sastra. Suatu karya sastra yang belum atau sulit difahami belum
tentu tidak mengandung isi sama sekali, melainkan disebabkan oleh idiom yang
berbeda, realitas sosial, dan munculnya pembaharuan yang tidak langsung dapat
diterima tetapi membutuhkan waktu dan proses.[4]
Tentang
peranan dan fungsi kritik sastra dapat diketahui melalui pemahaman tentang
hakekat perbuatan penciptaan kritik sastra serta manfaatnya bagi pembaca dalam
membantu memahami suatu karya sastra.[5] Kritik sastra berfungsi sebagai sarana
penghubung antara karya sastra dengan masyarakat penikmat karya sastra.[6] Tak terlepas dari kepentingan kritik
sastra sendiri, yaitu untuk penerangan bagi masyarakat selain untuk mendukung
perkembangan kesusastraan sendiri. Kritik sastra juga berfungsi sebagai guide
pembaca dalam menikmati karya sastra di samping sebagai pendorong kepada
sastrawan terutama sastrawan muda yang baru mulai mengembangkan bakatnya.
Pada
intinya, kritik sastra memiliki tiga fungsi, yaitu:
- Kritik
sastra berguna bagi keilmuan sastra sendiri.
- Kritik
sastra berguna bagi perkembangan kesusastraan.
- Kritik
sastra berguan bagi masyarakat umum dimana kritik sastra memberikan
penjelasan tentang karya sastra.
Kritik
sastra sebagai suatu karya seorang kritikus juga memiliki fungsi sebagai pembina
tradisi kultural. Untuk memenuhi fungsi kritik sastra, beberapa syarat yang
harus diperhatikan, antara lain:
1)
Harus berupaya membangun dan menaikkan tingkat kehidupan sastra;
2)
Dijalankan secara objektif tanpa prasangka, dalam arti dengan jujur mengatakan
yang mana yang baik dan yang buruk;
3)
Mampu memperbaiki cara berfikir, cara hidup, dan cara berkarya seorang
sastrawan;
4)
Dapat menyesuaikan diri dengan lingkup kebudayaan dan aturan nilai yang berlaku
serta memiliki rasa cinta dan tanggung jawab terhadap pembinaan kebudayaan dan
aturan nilai yang benar;
5)
Dapat memberikan rangsangan kepada pembaca agar berpikir kritis dan dapat
meningkatkan kemampuan penilaian dan penghargaan masyarakat terhadap karya
sastra.
Sebagaimana
telah dijelaskan di awal bahwa kritik sastra berfungsi memberikan penilaian
atas baik buruknya sebuah karya sastra. Penilaian ini dilakukan dengan
alasan-alasan tertentu, tidak hanya berdasarkan ketentuan yang diberikan oleh
seorang kritikus.
Kritik
sastra yang berfungsi mendidik pembaca untuk menghargai karya sastra yang
memiliki nilai yang berkualitas. Kebanyakan pembaca telah memiliki jiwa kritis
setelah menikmati sebuah karya sastra, akan tetapi beberapa hal yang menjadi
kendala dalam menuliskan kritikan tersebut diantaranya; perlu memiliki
konsep atau teori sastra. Meskipun konsep ini dapat dipelajari, namun banyak
orang yang senang melakukan kritik sastra secara terbuka (lisan). Perlu
memiliki kemampuan menulis, tersedianya media massa atau penerbitan, dan perlunya
berkembang tradisi dalam mengkritik sastra.
Konsep
tentang satra berhubungan dengan penilain karya sastra berupa nilai baik atau
buruk dan indah atau tidak indah. Kemampuan menulis mewujudkan kritikan itu.
Karena melalui tulisan itulah pembaca dapat membuktikan bahwa ia telah
melakukan proses kritik sastra. Media penerbit diperlukan baik secara sederhana
maupun kompleks.[7] Terbitan sederhana berupa stensil,
sedangkan secara kompleks berupa surat kabar, majalah, buku, dan lain
sebagainya yang memerlukan proses yang begitu rumit. Sedangkan mentradisikan
kritik sastra merupakan kebiasaan masyarakat sastra dalam menaruh perhatian
terhadap karya sastra sehingga masyarakat mengakui bahwa kritik sastra memiliki
manfaat yang sangat besar.
1.
Fungsi Kritik Sastra Bagi Keilmuan Sastra.
Dalam
menilai sebuah karya sastra, seorang kritikus perlu dah harus menggunakan
kritik sastra sebagai dasar hukumnya. Akan tetapi, kritik sastra tidak hanya
menilai tetapi juga menganalisis dan dan hal lain sebagainya yang termasuk di
dalamnya adalah pendefinisian, penggolongan, pengkiasan, penguraian, dan
penilian (evaluasi).
Kritik
sastra berusaha menguraikan unsur-unsur karya sastra berdasarkan teori
sastra. Apakah bernilai atau tidak. Memiliki kualitas seni atau tidak.
Kemudian mempertimbangkan seluruh penilaian yang menjadi kesatuan erat, barulah
seorang kritikus menentukan karya sastra itu bernilai tinggi, sedang, kurang,
atau tidak bernilai.
2.
Fungsi Kritik Sastra Bagi Perkembangan Kesusastraan.
Dalam
menilai sebuah karya sastra, kritik menjelaskan tentang diantaranya penggunaan
bunyi, gaya bahasa, dan sebagainya juga diuraikan pikiran lain di luar unsur
karya sastra, yaitu nilai psikologi (jiwa), pandangan hidup, dan filsafat.
Dengan
melakukan perbandingan dengan karya sastra lain yang sudah memiliki nilai
sastra yang tinggi, sebuah karya sastra dibandingkan dalam penilaiannya.
Beberapa hal ini secara signifikan mampu mendorong sastrawan yang sudah mumpuni
ataupun sastrawan muda untuk meningkatkan mutu karyanya sehingga disinilah
letak perkembangan karya sastra dengan banyak bermunculan karya-karya yang baru
dan inovatif.
3.
Fungsi Kritik Sastra Bagi Masyarakat.
Masyarakat
umum dan masyarakat sastra yang dalam hal ini termasuk ahli teori sastra, ahli
sejarah sastra, kritikus sastra, dan penikmat sastra (pembaca) dapat mengetahui
nilai sebuah karya sastra melalui kritik sastra. Kritik sastra dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan yang mungkin timbul dari diri pembaca setelah menikmati
sebuah karya sastra.[8]
Khususnya
masyarakat umum yang tidak mengetahui dan menguasai teori sastra, kritik sastra
berfungsi dan berperan sebagai mediator antara pembaca dan karya sastra dimana
kritik sastra menjelaskan secara keseluruhan hal-hal yang bersangkutan dengan
karya sastra tersebut. Selain itu kritik sastra juga secara tidak langsung
menggugah pembaca untuk menjadi seorang kritikus meskipun kritikannya tidak
berupa tuliasan ilmiah ataupun hanya sebuah resensi. Pengetahuan pembaca yang
bertambah tentang teori sastra dengan tidak langsung pembaca akan mengungkapkan
“karya ini baik” dan “karya ini buruk”.
Kritik
sastra berguna memberikan bahan-bahan dalam penyusunan sejarah sastra ataupun
teori sastra. Apabila kita simpulkan secara sederhana, kritik sastra memiliki
fungsi sebagai berikut:
2)
Mendudukan persoalan yang muncul dan menjawab pertanyaan yang timbul setelah
menikmati karya sastra yang dilakukan dengan menafsirkan, menganalisis, dan
mengevaluasi (memberikan penilaian) terhadap karya sastra berdasarkan teori dan
sejarah sastra.
3)
Menjadi media konduksi antara karya sastra dengan masyarakat penikmat sastra
berupa pemberian motivasi kepada penikmat sastra untuk secara tidak langsung
menjadi seorang kritikus sastra.
4)
Menjadi guide pembaca dalam menikmati sebuah karya sastra yang baik dan
karya sastra yang tidak baik, yang asli dan tidak asli.
5)
Menjadi pengarah atau pembimbing dengan memberikan pendapat atau pertimbangan
bagi sastrawan muda atau pengarang pemula untuk meningkatkan kualitas karya
sastranya.
6)
Mematangkan pemikiran ataupun ide bagi pengarang yang telah banyak berkarya dan
banyak mendapat impuls dari kritik sastra.
7)
Menjadi media untuk membangkitkan emosi yang baik terhadap karya-karya
pengarang tertentu.
8)
Memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan bagi penyusunan atau
pengembangan teori sastra dan sejarah sastra.
- Peran
Kritik Sastra
Karya
sastra sebagai karya seni menghendaki penilaian yang bermutu seni. Disinilah
kritik sastra berperan memberikan nilai tinggi rendahya karya tersebut. Peran
kritik sastra sangatlah besar dalam perkembangan kesusastraan terutama dalam
perkembangan ilmu lainnya, karena kritik sastra memberikan niali kepada sebuah
karya sastra yang mengambil dari beberapa ilmu di antaranya, filsafat, ilmu
sosial, politik, dan sebagainya. Selain kritik sastra memberikan penilaian yang
berdasarkan hakikat sastra dan hukum-hukum objektif. Seorang kritikus
memerlukan pengetahuan lain selain teori sastra, sejarah sastra dan kritik
sastra itu sendiri. Sehingga, perkembangan sastra ini diikuti berkembangnya
pula pengetahuan yang lain seperti ilmu sosial, psikologi, filsafat, etika,
agama bahkan ilmu eksak sekalipun dan ilmu lain sebagainya.
Fungsi
dan peran kritik sastra tidak dapat dibedakan secara jelas. Seperti dalam
fungsi kritik sastra yang telah dijelaskan di atas, kritik sastra juga memegang
peranan penting dalam penyusunan sejarah sastra ataupun teori sastra.[9] Seperti menyusun perkembangan
penggunaan unsur bunyi, kombinasi kata, gaya kalimat, gaya bahasa, diksi, dan
lain-lain. Sama halnya dengan pikiran yang dikemukakan oleh seorang
sastrawan yang berisi ajaran filsafat, pandangan hidup dan lain sebagainya.
Peran
yang paling utama dalam kesusastraan adalah berkembangnya penyusunan teori
sastra sehingga unsur-unsur kesusastraan dan unsur-unsur karya sastra tetap
terjaga dan mengalami peningkatan baik secara kuantitif maupun kualitatif
dengan angka yang cukup signifikan.
Pada
dasarnya, seorang kritikus yang bertanggung jawab memiliki tiga peran, yaitu[10]:
1.
Menjalankan disiplin pribadinya sebagai jawaban terhadap karya sastra tertentu.
Berbeda dengan estetikus, seorang kritikus sastra adalah orang yang terlatih
dan mampu memisahkan antara hal yang bersifat emosional dan hal yang rasional.
2.
Bertindak sebagai pendidik yang berupaya membina dan mengembangkan kejiwaan
suatu masyarakat.
3.
Bertindak sebagai hakim yang bijaksana yang dapat membangkitkan kesadaran serta
menghidupkan nurani, akal budi, intelektual, dan perasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar