Jumat, 15 Juni 2012

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Deskripsi Teori
1. Kondisi Lingkungan Kerja
a.    Pengertian Kondisi Lingkungan Kerja
Dalam pengertian sehari-hari kondisi lingkungan kerja adalah situasi atau tempat dimana seseorang bekerja. Kerps (1990 : 193) mengatakan bahwa kondisi lingkungan kerja adalah suasana yang terjadi dalam bekerja.
Kondisi lingkungan kerja harus diciptakan sedemikian rupa sehingga pekerja merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaanya. Kondisi lingkungan kerja yang kondusif akan mendorong pekerja untuk lebih berprestasi sesuai dengan minat dan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mill dalam Timpe (1993 : 3) bahwa kondisi lingkungan kerja yang menyenangkan menjadi kunci pendorong bagi para pegawai untuk menghasilkan kinerja yang maksimal.
Johns (1983 : 130) mengemukakan bahwa kondisi lingkungan kerja ditentukan  oleh hubungan sosial orang- orang yang ada didalam lingkungan pekerjaan, dan sistem ganjaran yang digunakan untuk memotivasi para pekerja. Pengertian hubungan sosial di sini merupakan pengertian yang luas, yang mencakup komunikasi baik vertikal maupun horizontal, kerja sama di antara para pekerja, supervisi dari atasan, dukungan dari bawahan, dan kejelasan tugas yang diemban oleh masing- masing pekerja.
Selanjutnya Marwan Asri (2006 : 73) mengatakan bahwa kondisi lingkungan adalah suatu kondisi dimana didalamnya para pegawai melaksanakan suatu aktivitas. Kondisi tersebut bisa berupa kondisi material maupun kondisi psikologis. Dalam hal ini kondisi lingkungan kerja berhubungan dengan lingkungan psikis, sehingga  keterampilan manusia harus mampu memanfaatkan setiap sarana yang ada secara  optimal.
Berdasarkan uraian diatas maka kondisi lingkungan kerja yang dapat mendukung pengembangan kinerja pegawai tidak hanya ditentukan oleh tersedianya sarana kerja fisik yang memadai tetapi dapat pula ditentukan oleh kondisi psikologis seperti keadaan hubungan sesama pegawai, penataan ruangan yang baik dan sebagainya. Oleh karena itu diharapkan setiap organisasi dapat mengusahakan agar faktor- faktor yang termasuk lingkungan kerja seperti : sarana kerja/peralatan, tata ruang, serta tata hubungan antar pegawai dalam rangka mendorong motivasi kerja pegawai yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja karyawan.
b.    Faktor-Faktor Yang Berpengaruh dalam Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Baik
Karyawan adalah kekayaan utama bagi perusahaan, karena keikutsertaan mereka, maka aktivitas perusahan akan terjadi dimana karyawan yang  berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
Dalam sistem administrasi dan manajemen menekankan bahwa untuk dapat menciptakan susana kerja  karyawan yang lebih bergairah, maka perlu menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik. Keadaan lingkungan kerja sangatlah mempengaruhi para pegawai untuk dapat bekerja dengan baik. Manusia sebagai unsur yang memiliki perasaan senang dan tidak senang, dalam dirinya selalu mengandung unsur-unsur positif dan negatif dengan sebagai “organization man” setiap orang mengandung unsur-unsur konstruktif dan destruktif memanfaatkan secara maksimal potensi yang konstruktif.
Menyadari akan hakekat manusia yang bekerja mengandung unsur-unsur yang destruktif maka pimpinan perlu menciptakan suasana agar karyawannya menghindari sifat-sifat negatif yang membawa resiko terhadap kegagalan pencampaian tujuan. Untuk menciptakan sifat-sifat yang positif dalam diri karyawan maka kebutuhannya perlu diperhatikan, balas  jasa atas hasil kerjanya perlu dipenuhi, prestasinya perlu dihargai dan sebagainya. Jika hal tersebut dipenuhi, maka moril karyawan akan terus meningkat sehingga produktifitas kerjanya akan meningkat pula.
James March dan Herbert Simon yang diterjemahkan oleh Mathias Aroef (2007 : 81) dalam penelitianya telah menghasilkan suatu kesimpulan bahwa tingkat aspirasi, dan produktifitas mempunyai pola hubungan. Dalam teorinya tentang hubungan antara aspirasi, moril dan aktivitas kerja mengemukakan suatu model sebagaimana ditampilkan dalam skema berikut :
Skema 2.1 Pola hubungan Antara Tingkat Aspirasi Dengan  produktivitas kerja






   




      Sumber : Mathias Aroef  (2007 : 81)
     Dari skema tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.    Lebih rendah  tingkat kepuasaan  seseorang, lebih tinggi usahanya dalam bekerja.
b.    Lebih tinggi usaha seseorang, lebih tinggi penghargaan yang diharapkan akan diterimanya.
c.    Lebih tinggi penghargaan yang diharapkan, lebih tinggi tingkat kepuasan.
d.    Lebih tinggi tingkat aspirasi, lebih rendah kepuasaan yang dicakupi.
Kesimpulan terpenting dari teori March dan Simon adalah bahwa moril dan kepuasan yang meningkat tidak selalu mendorong ke arah peningkatan produktifitas kerja, yaitu situasi dimana karyawan yang mempunyai kepercayaan yang penuh terhadap pimpinan organisasi sehingga para karyawan tidak bermaksud untuk pindah kerja, serta menyadari bahwa perbaikan status dapat dilakukan dengan usaha sendiri. Untuk itu perlu memperhatikan penciptaan lingkungan kerja yang baik. Dalam hal menciptakan kondisi lingkungan kerja yang baik ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan :
a.    Sarana Kerja
Sarana merupakan segala sesuatu (bisa berupa syarat atau upaya) yang dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan. Sarana kerja dikategorikan baik, jika dalam suatu ruangan tempat kita kerja terdapat perlengkapan dan fasilitas seperti: pesawat telepon, buku atau bahan referensi, komputer, printer, rak arsip, dan lain-lain untuk menbantu dan mempermudah dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas yang diberikan sehingga kinerja karyawan meningkat.
b.    Tata Ruang
Tata ruang merupakan penentuan kebutuhan-kebutuhan dalam penggunaan ruang,  juga merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Dalam suatu perusahaan hendaknya karyawan yang bekerja mendapat tempat yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Padatnya ruang gerak dan penataan ruangan yang sempit dapat mengurangi kinerja karyawan dalam melakukan aktivitasnya. Dengan demikian penataan ruangan didalam melaksanakan pekerjaan perlu diperhatikan, sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik. Oleh karena itu penataan ruangan untuk tempat karyawan bekerja seharusnya direncanakan terlebih dahulu agar para karyawan tidak terganggu di dalam melaksanakan pekerjaan.
c.    Hubungan Antar Karyawan
Menurut Margiati (1999 : 73) Hubungan antar karyawan     merupakan suatu keadaan atau hubungan antar karyawan yang ada dalam perusahaan dapat menimbulkan perasaan tertekan kepada karyawan yang berakibat pada menurunya gairah kerja karyawan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja karyawan tersebut. Beberapa komponen tersebut antara lain adanya tugas atau tanggung jawab yang berlebihan yang diberikan kepada karyawan, adanya hubungan yang kurang harmonis dengan supervisor  atau pembimbing karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tugas, termasuk kurangnya seorang karyawan dalam mendapatkan tugas dan tanggung jawab dari perusahaan.
d.    Kenyamanan
Kenyamanan merupakan perasaan didalam diri ketika jauh dari segala hal yang tidak diinginkan. Didalam suatu perusahaan hendaknya menjaga kebersihan lingkungan, sebab kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Dapat dibayangkan bila anda bekerja pada suatu tempat yang penuh dengan debu dan bauh yang tidak sedap, apalagi pekerjaan itu memerlukan konsentrasi yang cukup tinggi. Dengan adanya lingkungan kerja yang bersih karyawan akan merasa nyaman sehingga kinerja karyawan akan meningkat.
e.    Keamanan
Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap kinerja dan gairah kerja karyawan. Disini yang dimaksud dengan keamanan yaitu jauh dari segala hal yang tidak diinginkan yang dapat dimaksukkan ke dalam lingkungan kerja. Jika di tempat kerja tidak aman karyawan tersebut akan menjadi gelisah, tidak konsentrasi dengan pekerjaannya serta kinerja karyawan tersebut akan mengalami penurunan.
        Oleh karena itu sebaiknya suatu perusahaan terus berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan  suatu keadaan dan suasana aman yang dapat dirasakan oleh karyawan agar karyawan tersebut tidak merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian  karyawan merasa senang dan betah dalam bekerja.
Dengan memperhatikan faktor-faktor  tersebut diatas dan apabila dapat memenuhinya, maka akan tercipta suasana lingkungan kerja yang baik dan menyenangkan sehingga dengan sendirinya para karyawan yang bekerja akan muncul motif  dalam dirinya untuk lebih giat bekerja dan dapat mengerjakan tugasnya secara tepat waktu dan tujuan yang ingin dicapai organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 
c.    Lingkungan Kerja Sebagai  Faktor Penting Dalam Melaksanakan Kegiatan Kerja.
Didepan telah dijelaskan bahwa kondisi lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan sehingga hal ini dapat menimbulkan gairah para karyawan untuk bekerja. Jadi jelaslah bahwa kondisi lingkungan kerja adalah merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam rangka menuju kesuksesan pelaksanaan tugas para karyawan.
Menurut Sarwoto (1991 : 131) Faktor lingkungan dimana pekerjaan dilaksanakan dapat meliputi segi-segi :
a.    Suasana  kerja
 Suasana kerja yang baik akan dihasilkan terutama dalam organisasi yang tersusun dengan baik. Selanjutnya organisasi yang tersusun secara tidak baik dapat menimbulkan pembagian kerja yang tidak jelas, saluran penugasan dan tanggung jawab yang simpang siur dan lain-lain, Sehingga dapat mempengaruhi efisiennya pelaksanaan mekanisme kerja.
b.    Lingkungan tempat kerja
         Lingkungan tempat kerja yang dapat mempengaruhi efektifitas pelaksanaan tugas adalah :
-      Tata ruang yang baik
-      Cahaya dalam ruangan yang cukup bagus.
-      Suhu dan kelembaban udara yang menyenangkan.
-      Suara yang tidak mengganggu konsentrasi kerja dan lain-lain.
Faktor lain lagi yang dapat mempengaruhi efektifitas pelaksanaan kegiatan adalah perlengkapan dan fasilitas yang harus tersedia, seperti fasilitas meja, pesawat telepon buku dan bahan referensi, rak arsip dan lain-lain. Oleh karena itu lingkungan kerja dalam pelaksanaan kegiatan kerja disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1.    Dengan memperhatikan kondisi lingkungan kerja dapat dihindari hal-hal yang menghambat jalannya aktivitas  seperti fasilitas dan peralatan yang harus dijaga, penataan ruang kerja yang teratur dan sebagainya.
2.    Dengan memperhatikan kondisi lingkungan kerja maka pembinaan kondisi organisasi dalam melaksanakan proses kegiatan kerja akan dapat teratur dan lancar sehingga hal-hal yang menimbulkan adanya kelambatan-kelambatan dapat dihindari.
3.    Dengan memperhatikan kondisi lingkungan kerja terutama dengan penataan ruangan yang lebih teratur dan rapi serta dilengkapi dengan peralatan-peralatan  yang cukup tersedia maka efisiensi pelaksanaan kerja dapat terjamin.
Selain apa yang disebutkan diatas, faktor-faktor penting lainnya yang sangat bermanfaat dan memperhatikan kondisi lingkungan kerja yang baik akan menyenangkan para karyawan sehingga lebih giat untuk bekerja.
Pada kenyataanya orang lebih giat bekerja karena dilandasi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Sosial Condition
Orang akan lebih giat bekerja bila kondisi dalam organisasi menurut pandangannya memuaskan.
2.    Association Condition
Orang akan lebih giat bekerja dalam organisasi dimana terdapat hubungan kerja sama dan saling pengertian yang baik antar pekerja dalam pelaksanaan tugas.
3.    Customary And Conformity Working Condition
Orang akan lebih giat bekerja manakalah jalinan prosedur dan metode yang digunakan dalam organisasi sudah cukup jelas dan dikenal baik.
d.    Dimensi dan indikator Kondisi lingkungan kerja
Robins (2001 : 150) mengemukakan bahwa kondisi lingkungan kerja dapat diamati melalui empat dimensi, yaitu :
a.    Hubungan antar pegawai dengan pimpinan
Kepemimpinan yang baik akan membuat para karyawan melaksanakan pekerjaanya dengan gairah kerja yang cukup tinggi. Para karyawan yang merasakan kepemimpinan yang baik akan termotivasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya kepemimpinan yang kurang baik akan mengakibatkan  gairah dan motivasi  kerja karyawan menurun.
b.    Hubungan antar sesama karyawan
Penciptaan dan pengarahan terhadap terdapatnya hubungan para karyawan baik didalam maupun diluar organisasi tersebut sangat diperlukan di dalam organisasi yang bersangkutan. Hubungan antar sesama pegawai yang baik dapat menimbulkan rasa aman bagi karyawan tersebut didalam melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Disamping hal tersebut, dengan adanya rekan kerja yang akrab, ramah dan mendukung akan mengarah kepeningkatan kepuasan kerja sehingga memotivasi karyawan untuk lebih giat.
c.    Kondisi kerja
Unsur ini merupakan faktor yang juga mempunyai dampak terhadap kepuasan kerja. Bila kondisi kerja baik (misalnya lingkungan menarik dan bersih), karyawan akan lebih mudah menunaikan tugasnya. Bila kondisi kerja jelek ( misalnya lingkungannya panas, dan ribut ) karyawan akan sulit menuntaskan pekerjaanya.
Kondisi kerja merupakan salah satu bagian dari lingkungan kerja dan kondisi ini dapat dipersiapkan oleh manajemen organisasi. Oleh karena itu manajemen organisasi sudah sewajarnya untuk mempersiapkan kondisi kerja yang tepat sehingga para karyawan dapat bekerja dengan baik.
d.    Fasilitas kantor
Fasilitas kantor adalah segalah sesuatu yang ditempati dan dinikmati oleh karyawan baik dalam hubungan langsung dengan pekerjaan maupun untuk kelancaran pekerjaan. Dari definisi ini, maka yang termasuk fasilitas kantor adalah :
1.    Fasilitas alat kerja
Yang dimaksud dengan alat kerja adalah sesuatu atau semua benda/barang yang berfungsi langsung dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang karyawan tidak dapat melakukan pekerjaan tanpa disertai alat kerja.
2.  Fasilitas perlengkapan merupakan semua benda atau barang yang digunakan dalam pekerjaan. Jadi disini fasilitas perlengkapan merupakan alat bantu dalam pekerjaan.
3.   Fasilitas sosial
Fasilitas sosial merupakan suatu fasilitas yang digunakan oleh karyawan dan berfungsi sosial. Penyediaan fasilitas sosial ini dapat berupa  tempat ibadah, kantin, kamar mandi, toilet dan tempat pelayanan kesehatan. Dengan demikian jelaslah bahwa manfaat dari pelayanan fasilitas yang tepat, bukan hanya dirasakan oleh karyawan yang bekerja dalam organisasi saja, melainkan justru lebih banyak dirasakan oleh pihak organisasi. Oleh karena itu dengan adanya fasilitas kerja serta pelayanan fasilitas yang tepat, akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang nantinya akan memberikan keuntungan  yang tinggi bagi organisasi.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kondisi lingkungan kerja adalah suasana yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan yang diciptakan oleh hubungan antar pribadi, baik hubungan atasan dan bawahan, maupun hubungan antar sesama pekerja, dan kondisi kerja serta fasilitas kantor.
B.    Kinerja Karyawan
1.    Pengertian Kinerja
 Kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan kerja atau hasil kerja. Winardi (1996 : 82) mengemukakan bahwa kinerja adalah kemampuan kerja seorang karyawan dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya secara berhasil dan berdaya guna.
 Mitrani (2002 : 109) mengemukakan bahwa kinerja adalah seperangakat proses untuk menciptakan pemahaman bersama mengenai apa yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya. Selanjutnya Darma (2005 : 1) mengemukakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau prodak jasa-jasa yang diberikan atau yang dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dengan demikian dapat dsimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi atau kemampuan kerja seorang karyawan dalam mencapai tujuan organisasi.
2.    Pengertian Karyawan
Karyawan adalah kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka , aktifitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat kompesasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompesasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas :
1) karyawan operasional adalah setiap orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaanya sesuai dengan perintah atasan, dan
2) karyawan manajerial (pimpinan) adalah setiap orang yang berhak memerintah bawahanya untuk mengerjakan sebagian pekerjaanya dan dikerjakan sesuai dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya melalui kegiatan-kegiatan orang lain (Melayu S.P Hasibuan, 1990 : 13-14).
3. Indikator Penilaian Kinerja Karyawan
 Hasil kerja dari seseorang atau sekelompok orang mempunyai perbedaan, sehingga dibutuhkan penilaian atas prestasi kerja tersebut. Setiap karyawan diharapkan dapat selalu berprestasi dengan baik dalam pekerjaanya. Dalam hal ini tentunya tugas-tugas yang  dibebankan kepadanya dapat terselesaikan dengan baik dalam arti disertai kecakapan, disiplin serta tanggung jawab yang tinngi. Apabila keadaan ini tercipta akan berhubungan sekali dengan hasilnya, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Disamping itu kesadaran berprestasi datangnya dari karyawan sendiri, dalam hal ini setiap pimpinan juga harus berusaha meningkatkan kinerja bawahannya.
 Penilaian kinerja dalam rangka pengembangan karyawan sangat penting karena kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan pimpinan dan memberikan umpan balik kepada bawahan tentang kegiatan mereka.
 Husnan dan Ranupandjojo (2000 : 30) mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah untuk menetukan apakah suatu pekerjaan bisa dikerjakan atau diselesaikan dengan baik, maka deskripsi jabatan akan sangat membantu dalam penentuan sasaran pekerjannya.
 Manullang (2001 : 118) mengemukakan bahwa  memberi pembatasan penilaian karyawan adalah penilaian yang sistematis terhadap seorang karyawan oleh atasanya atau beberapa orang ahli lainnya yang paham akan pelaksanan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut.
 Berikut ini dapat dijelaskan mengenai indikator-indikator dalam penilaian kinerja karyawan
a.    Kualitas Kerja
Yaitu mutu kerja yang terdiri dari ketetapan, keterampilan, dan kerapian. (Edwin Flippo, 1990 : 250). Indikator ini dapat diukur dengan 3 (tiga) item indikator yaitu :
1.    Ketetapan mutu hasil kerja
2.    Ketetapan waktu menghasilkan pekerjaan.
3.    Ketetapan penggunaan bahan
b.    Kuntitas kerja
Yaitu mutu yang harus diselesaikan atau dicapai (Darma, 2000) Indikator ini dapat diukur dengan 3 ( tiga ) item indikator yaitu :
1.    Ketetapan datang kerja
2.    Ketetapan pulang kerja
3.    Pencapaian volume yang diharapkan
Berdasarkan teori yang telah dkemukakan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa  kinerja karyawan adalah kemampuan kerja atau prestasi kerja seorang karyawan dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadannya secara berhasil guna dan berdaya guna baik dalam kualitas maupun kuantitas guna mencapai tujuan organisasi.
C.    Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan yang dilakukan sebelumnya tentang pengaruh lingkungan kerja dengan kinerja karyawan yakni:
1.    Penelitian yang dilakukan Muh Erman Bani (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lingkungan kerja terhadap prestasi kerja PLN (Persero) Cabang Kendari. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung 90,747 > Ftabel pada taraf kepercayaan a = 0,05, sehingga disimpulkan bahwa persamaan regresi mempunyai pengaruh positif dan signifikan.
2.    Penelitian yang dilakuakan oleh Yawaludin (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara lingkungan kerja dengan prestasi kerja karyawan pada PT Hadji Kalla Cabang Kendari dengan koefisien korelasi (XY) sebesar 0,670.
D.    Kerangka Pemikiran
Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan memperoleh laba maksimum serta dapat menjamin kelangsungan usahanya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan fungsi-fungsi perusahaan. Salah satu fungsi yang sangat  penting adalah fungsi karyawan perusahaan. Oleh karena itu yang paling penting adalah meningkatkan kinerja karyawan. Salah satu caranya adalah menciptakan lingkungan kerja yang baik. Oleh karena itu masalahnya adalah apakah lingkungan kerja berhubungan signifikan dengan kinerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari
Untuk menjawab masalah ini memerlukan penelitian dan analisa secara deskriptif kualitatif maupun secara statistik. Dari hasil analisa yang dilakukan akan diperoleh suatu kesimpulan untuk direkomendasikan kepada pimpinan perusahaan,  lebih jelasnya kerangka pikir diatas akan ditampilkan melalui skema 2 berikut :






SKEMA 2 KERANGKA PIKIR











\\\\\\\\\   

   


   

E.    Hipotesis Penelitian
Bertitik tolak dari permasalahan dan kerangka pikir, maka dapat diformulasikan hipotesis penelitian, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara kondisi lingkungan kerja dengan kinerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar